Denpasar (Antara Bali) - Konsep menanam serempak dalam sistem pertanian di Bali merupakan kearifan lokal memiliki nilai luhur yang perlu diaktualisasikan dalam pembangunan bidang pertanian sehingga subak yang telah menjadi warisan budaya dunia tetap dapat dipertahankan keberadaannya.
Hal itu merupakan salah satu hasil rumusan Sarasehan "Transformasi Kertamasa dalam pertanian di Bali yang digelar serangkaian pelaksanaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-36 di Taman Budaya Denpasar, Kamis.
Guru Besar Fakultas Sastra Universitas Udayana, Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra membacakan hasil rumusan sarasehan yang melibatkan ratusan seniman, budayawan dan berbagai elemen masyarakat Bali itu menjelaskan, memelihara, melestarikan dan menjaga kelangsungan subak akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali.
Kelestarian subak atau sistem pengairan teratur yang diselenggarakan oleh rakyat Bali dalam mendukung pembangunan pertanian di Pulau Dewata akan mampu mewujudkan keseimbangan alam, sekaligus menjaga kepercayaan dunia internasional terhadap pengukuhan subak sebagai warisan budaya dunia (WBD).
Organisasi pengairan tradisional bidang pertanian yang diwarisi secara turun temurun menjadi bemper kebudayaan Bali. Subak menjadi salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Bali yang eksistensinya diakui sejak tahun 1071 atau abad ke-11.
Oleh sebab itu pemerintah provinsi Bali, pemerintah kabupaten dan kota memberikan apresiasi terhadap pertani yang terhimpun dalam wadah subak, khususnya yang diakui sebagai WBD.
Apresiasi itu dalam bentuk berbagai kemudahan kepada petani antara lain antara lain berupa subsidi maupun bebas dari pajak bumi dan bangunan (PBB).
Hal itu sebagai salah satu solusi dalam mengatasi alih fungsi lahan pertanian yang setiap tahunnya di Bali mencapai 300 hektare.
Prof Darma Putra menambahkan, Pemprov Bali, Pemkab dan Pemkot di daerah ini juga memikirkan untuk merancang adanya subak abadi.
Dengan kelestarian subak akan tetap mampu mendukung pengembangan pariwisata di Pulau Dewata, sekaligus mewujudkan peradaban global, ujar Prof Darma Putra.
Sarasehan sehari melibatkan ratusan seniman, budayawan dan berbagai elemen masyarakat utusan dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali itu menampilkan lima pembicara.
Kelima pembicara terdiri atas Wakil Menteri Bidang Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Prof.Ir Wiendu Nuryanti yang diwakili Staf Ahli Mendikbud Bidang Kerja Sama Internasional Prof Dr I Wayan Rai, S.
Selain itu Guru Besar Fakultas Sastra Unud, Prof. Dr. Nyoman Suarka, Guru Besar Fakultas Pertanian Unud, Prof. Dr. Wayan Windia, Guru Besar Universitas Hindu Indonesia, Prof. Dr. I Putu Gelgel dan Nyoman Sutama, pekaseh Subak Jatiluwih Kabupaten Tabanan. (WDY)