Denpasar (Antara Bali) - Ritual "Ngerebong" masih menjadi andalan Kota Denpasar pada pawai budaya mengawali Pekan Kesenian Bali (PKB) ke-36 yang disaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di depan Monumen Bajra Sandi, Denpasar, Jumat.
Ritual yang disajikan dalam bentuk fragmen tari dengan melibatkan belasan seniman itu diangkat dari salah satu tradisi ritual keagamaan bercirikan pola kehidupan agraris yang diwarisi masyarakat Desa Adat Kesiman.
Tradisi ritual yang khas dan unik itu tidak ditemukan di desa adat lainnya di Bali sehingga dapat digolongkan sebagai sebuah tradisi ritual yang sangat langka.
Inti dari Ritual "Ngerebong" adalah sebuah proses penyucian alam semesta untuk memperoleh kesuburan, kesejahteraan, kedamaian, dan harmoni.
Ritual itu diawali dengan persembahyangan bersama sambil mengusung "Ida Betara Sasuhunan" di Pura Pangrebongan, Desa Adat Kesiman.
Setelah sampai di madya mandala dilanjutkan dengan prosesi mengelilingi Bale Wantilan mengikuti arah berlawanan dengan putaran jarum jam (prasavya) sebanyak tiga kali. Kemudian diusung kembali ke utama mandala (jeroan). Prosesi ritual itu sempat diperagakan di depan panggung kehormatan.
Pemkot Denpasar dalam pawai budaya itu diawali penampilan papan nama Kota Denpasar yang diusung oleh dara manis berbusana modifikasi, menyusul maskot Kota Denpasar "Sekar Jempiring" dan "I Tengkek" serta "Tari Baris".
Demikian pula prosesi duta Endek Kota Denpasar sebagai kain tenun tradisional yang dikenakan kaum perempuan di Bali saat melakukan ritual Pitra Yadnya atau Ngaben.
Penampilan kaum perempuan itu makin elok oleh adanya "lelunakan" di kepala mereka yang berbentuk segi tiga sebagai lambang "tri kona" yang mengandung arti lahir, hidup, dan mati.
Duta seni Kota Denpasar juga menampilkan mobil hias bernuansa alam tumbuh-tumbuhan. (WDY)
Ritual "ngerebong" Jadi Andalan Kota Denpasar
Jumat, 13 Juni 2014 20:36 WIB