Denpasar (Antara Bali) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menjalin kerja sama dengan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Primakara, Denpasar, untuk memberikan pendampingan dalam mengoperasionalkan inkubator bisnis sebagai upaya mencetak wirausahawan muda.
"Kami bertekad dapat menyiapkan mahasiswa secara dini dan nyata bagaimana merasakan membuat bisnis baru. Lewat inkubator bisnis di kampus ini, nantinya akan memberikan layanan pendampingan, akses modal hingga pelatihan supaya mahasiswa siap menjadi pengusaha," kata Ketua STMIK Primakara I Putu Agus Swastika M Kom di sela-sela peluncuran dan penandatangan MoU dengan BPPT, di Denpasar, Kamis.
Menurut dia, BPPT melalui Balai Inkubator Teknologi yang dimiliki, selama ini telah aktif memberikan pendampingan pada berbagai kampus. Dengan BPPT bersedia bekerja sama, maka akan sangat membantu STMIK Primakara dalam menyiapkan wirausahawan muda dari kalangan mahasiswa dan masyarakat umum yang berpotensi membuka bisnis di bidang teknologi informasi.
"Bentuk kerja sama konkretnya yakni pendampingan teknis, penyiapan kurikulum berbasis teknologi, dan akses permodalan, serta membuka peluang-peluang dari pemerintah pusat yang bisa mendukung inkubator bisnis di Primakara," ucap Swastika yang juga konsultan BPPT itu.
Di sisi lain, pihaknya juga sangat menyadari bahwa fase kritis menjadi wirausaha adalah saat periode awal ketika bisnis didirikan. Oleh karena itu, dengan terbentuknya inkubator bisnis dan peranan banyak pihak, akan sangat membantu proses inkubasi calon-calon pengusaha.
"Hal ini sejalan dengan cita-cita kami dalam mewujudkan Bali sebagai Pulau Kreatif berbasis teknologi informasi karena bidang-bidang usaha yang dilayani dalam Inkubator Bisnis Primakara adalah berbagai bidang usaha yang tergolong industri kreatif," ujarnya.
Swastika menambahkan layanan inkubator bisnis yang akan diberikan detailnya berupa "7S" yakni Space (ruang kerja atau kantor), Share (perangkat TI), Service (Jasa Konsultasi), Support (pengurusan perizinan), Skill Development (pelatihan manajemen, pemasaran, keuangan dan lain-lain), Seed Capital (memberikan akses permodalan dan akses pasar) serta Synergy (akses jaringan bisnis).
"Dengan demikian, siapapun yang diinkubasi dapat memulai bisnis dengan kemungkinan berhasilnya menjadi lebih tinggi," katanya sembari menyebutkan di STMIK Primakara juga ada empat pilihan program studi yakni S1 Informatika, S1 Sistem Informasi, S1 Sistem Informasi Akuntansi dan D3 Sistem Informasi.
Sementara itu, Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT Dr Tatang A Taufik mengatakan saat ini jumlah inkubator bisnis di seluruh Indonesia masih sangat sedikit hanya sekitar 50-an unit.
"Jumlah tersebut masih sangat kurang, demikian juga dengan perguruan tinggi yang fokus menangani itu juga minim. Padahal Indonesia sangat kekurangan pengusaha. Tidak mungkin kita dapat menjadi bangsa yang hebat kalau kekurangan pengusaha," ujarnya.
Menurut dia, selama ini meskipun Indonesia banyak menghasilkan sumber daya alam, tetapi tidak bisa mendapatkan nilai tambah yang tinggi karena dijual ke luar negeri dengan sangat murah dan tidak pernah diproses dengan optimal. Akibatnya justru bangsa Indonesia membayar tinggi keringat orang lain yang bekerja di luar negeri sehingga kelahiran wirausaha-wirausaha muda sangat dibutuhkan.
Di sisi lain, tambah Tatang, kalau dipaksakan semua lulusan perguruan tinggi masuk industri tidak mungkin juga karena daya tampung yang terbatas. Oleh karena itu sangat diperlukan generasi muda yang mau menjadi wirausaha inovatif dan kreatif. Wirausaha ini tidak saja bergerak di bidang teknologi, namun menyasar bidang-bidang lainnya.
Pada kesempatan itu sekaligus dirangkaikan dengan peluncuran Laboratorium e-Government dan pelaksanaan Seminar Technopreneurship yang dihadiri oleh perwakilan pemerintah daerah, kalangan pengusaha, dan mahasiswa. (WDY)
BPPT-STMIK Primakara Kerja Sama Inkubator Bisnis
Jumat, 13 Juni 2014 5:46 WIB