Denpasar (Antara Bali) - Museum Arma di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, meluncurkan buku berbahasa Inggris bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-18 museum tersebut, Rabu.
Buku yang diberi judul "Saraswati in Bali a Tempe, a Museum and Mask" ditulis oleh Prof Ron Jenkins dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, bersama Prof Dr Made Bandem dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Buku setebal 156 halaman itu mengulas tentang Saraswati yang diperingati sebagai hari lahirnya ilmu pengetahuan dan diaplikasikan dalam keindahan ragawi.
Pada tahap pertama buku itu dicetak sebanyak 200 eksemplar, 100 eksemplar di antaranya sebagai penyebaran informasi tentang Museum Arma kepada masyarakat internasional.
Museum Arma dirintis Anak Agung Gede Rai (60). Pada awal April lalu museum itu juga meluncurkan buku setebal 352 halaman berjudul "Kisah Sebuah Museum".
Agung Rai bermula dari seorang pedagang asongan dan tidak berlatar belakang seni. Namun karena keuletan dan kegigihannya ternyata mampu membangun sebuah museum swasta dengan 248 koleksi lukisan tradisional (kuno).
Koleksi sebanyak itu dikumpulkannya satu-persatu selama puluhan tahun, termasuk diperoleh dari pencita seni lukis di mancanegara, antara lain Amerika Serikat dan Belanda.
Lukisan dan benda kuno yang dikoleksi berasal dari masa lampau maupun kontemporel sehingga mempunyai keunikan tersendiri yang mampu menarik perhatian masyarakat lokal, nasional dan internasional.
Peluncuran buku yang dihadiri seniman, budayawan dan berbagai elemen masyarakat setempat dirangkai dengan seminar dengan menghadirkan dua penulis buku itu.
Selain itu tampak pula Prof Dr Wayan Dibia (ISI Denpasar) Prof Wayan Geria (Fakultas Sastra Universitas Udayana), Jean Couteau (budayawan), Prof Dr Made Bandem, dan Ketut Kodi (keduanya dari ISI Denpasar). (WDY)