Denpasar (Antara Bali) - Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Dr. I Nyoman Astita MA menilai nilai-nilai universal dalam Epos Ramayana kini diadopsi menjadi kearifan lokal yang menyempurnakan roh kebudayaan Bali yang ada.
"Sementara nilai-nilai lokal kebudayaan Bali menjadi modal simbolik yang memperkuat eksistensi nilai-nilai Epos Ramayana sebagai kesusastraan universal," kata dosen Fakultas Seni Pertunjukkan ISI Denpasar itu, Senin.
Ia mengatakan transformasi tekstual Epos Ramayana dalam kehidupan sosial masyarakat Bali memiliki makna ganda yakni mengartikulasikan nilai-nilai religius untuk memberikan pencerahan.
Selain itu, mengartikulaikan nilai-nilai moralitas melalui karya-karya kreatif pada ranah kesenian.
I Nyoman Astita menambahkan artikulasi pemaknaan elemen-elemen filsafat, etika dan estetika itu menghasilkan wacana yang tekstual pada ranah religius dan ranah ekspresif.
Dalam ranah seni pertunjukan teks naratif tidak hanya merepresentasikan ceritra verbal, namun lebih kompleks melibatkan komponen lain, sehingga menghasilkan naratologi dengan perspektif yang lebih beragam.
Sastra maupun pertunjukan Ramayana merupakan teks yang kode-kodenya dapat ditafsirkan mengikuti relasi antarteks, sehingga menghasilkan teks yang baru.
Oleh sebab itu, makna ideal Epos Ramayana dipraktikkan untuk memberikan pencerahan moral menjadi tuntunan dalam kehidupan bermasyarakat-berbangsa-bernegara.
Upaya itu sekaligus diposisikan sebagai wacana kreatif untuk mengantisipasi kemajuan dan tantangan zaman. Pemaknaan Epos Ramayana tidak terlepas dari kebutuhan dan pencitraan zaman.
Pencitraan ideal tersebut diciptakan melalui proses pemahaman dan penghayatan satuan-satuan naratif tentang asal-usul tokoh- tokohnya, kronologis kejadian, keindahan alam, istana, kisah-kisah kepahlawanan sampai dengan konflik dan ketegangan dalam peperangan.
Semuanya itu direpresentasikan dalam konteks kehidupan berkesenian sehingga dampak yang ditimbulkan merefleksikan bentuk, fungsi dan makna ideal.
Temuan Sastra Ramayana yang sudah dikenal lebih dari satu millenium itu sampai sekarang masih dihormati sebagai falsafah kehidupan yang mencerahkan bagi masyarakat Hindu di Bali.
"Masyarakat Bali menghormati Epos Ramayana sebagai teks religius maupun teks sosial yang memiliki ciri-ciri tradisional dan modern mengikuti kemajuan dan perkembangan zaman," ujar Nyoman Astita. (WDY)