Denpasar (Antara Bali) - Anggota DPRD Provinsi Bali Cokorda Gde Asmara Putra Sukawati mengingatkan pemerintah daerah setempat agar mengantisipasi kedatangan pekerja seks komersial dari Jawa Timur terkait penutupan lokalisasi Gang Dolly di Surabaya.
"Pemerintah daerah harus melakukan pengawasan dan pendataan penduduk pendatang dan kafe liar yang diduga menampung para pekerja seksual. Sebab dengan ditutupnya Gang Dolly, kemungkinan besar penghuninya hijrah ke Bali," katanya di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, tidak ada salahnya pemerintah daerah mengantisipasi kedatangan PSK dari Jawa Timur karena peluang mencari nafkah lebih besar dibanding daerah lain di Indonesia.
"Bali sebagai daerah pariwisata tentu serbuan pencari pekerja akan terus meningkat, tidak menutup kemungkinan juga para PSK akan mencari celah pekerjaan di sini. Bisa saja awalnya akan singgah di kafe remang (liar), sembari mereka melirik tempat yang lebih menjanjikan," kata anggota Komisi IV DPRD Bali itu.
Sektor pariwisata di Bali memberikan peluang berbagai pekerjaan, begitu juga wisatawan yang berlibur di Pulau Dewata juga menginginkan hiburan yang dianggap tidak ada di daerahnya, termasuk juga di antaranya ada wisatawan yang mencari pelacur.
"Yang dikhawatirkan adalah semakin banyaknya PSK akan berpengaruh juga terhadap warga setempat, sebab dari data Dinas Kesehatan hampir 20 persen PSK sudah terjangkit HIV/AIDS," ujar politikus asal Ubud, Kabupaten Gianyar itu.
Sebelumnya, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan peningkatan kasus HIV/AIDS di Indonesia terus meningkat.
"Penyebab penyebaran HIV/AIDS di Bali bukan hanya pariwisata tetapi banyaknya kafe-kafe liar, makanya saya imbau kesadaran masyarakat untuk hati-hati hindari kafe-kafe tersebut," katanya.
Mangku Pastika mengemukakan bahwa lebih dari 20 persen PSK yang beroperasi di Bali terinfeksi HIV/AIDS.
Pastika meminta masyarakat tidak mengunjungi tempat-tempat yang ditengarai sebagai tempat beroperasi para PSK, seperti Padanggalak, Jalan Danau Poso, Jalan Danau Tempe, Belanjong (Sanur), Gunung Lawu (Nusa Dua), Terminal Pesiapan Tabanan, Bungkulan (Buleleng), dan Delod Brawa (Jembrana).
Gubernur berharap dengan berkurangnya pelanggan diharapkan suatu hari tempat tersebut bisa menjadi bersih.
"Sesuai hukum pasar, dengan berkurangnya permintaan, maka penawaran pun akan berkurang," katanya. (WDY)