Air jernih mengalir gemercik di Sungai Campuhan Ubud, di kiri-kanannya ditumbuhi pepohonan menghijau dan lestari, ditakdirkan oleh Tuhan sebagai tempat penuh kegemilangan.
Wilayahnya tidak begitu luas, karena dulunya hanyalah sebuah kerajaan kecil, dikitari sawah menghijau dan memiliki pesona desa yang indah. Tuhan mentakdirkan sebagai tempat yang penuh kegemilangan, alamnya menyimpan keindahan nan sejuk.
Perkampungan seniman Ubud yang kini menjadi sebuah kelurahan Ubud, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar dalam perkembangannya kini menjadi "satu titik desa dunia", tempat manusia-manusia dari berbagai ras di belahan dunia bertemu, merengguk keindahan dan tradisi.
Ubud telah dikenal masyarakat internasional merupakan sebuah anugerah dan berkah yang dapat memberikan kehidupan dan kesejahteraan kepada masyarakat setempat. Hal itu berawal dari puluhan seniman Peliatan, Batuan dan Ubud secara tidak sengaja melakukan interaksi seni rupa antara Timur dan Barat yang merebak sekitar tahun 1920-an.
"Tidak ada unsur menggurui puluhan seniman dari ketiga desa itu berinteraksi dengan Barat melalui seniman Walter Spies (1893-1942) dan Bonnet (1895-1978), seniman warga negara asing yang bermukim di Ubud," tutur Pendiri dan pengelola Museum Arma di perkampungan seniman Ubud Anak Agung Gede Rai.
Walter Spies, seniman warga negara Jerman yang mengkritisi karya seniman lokal, membuka diri untuk kerja sama teknik, pengetahuan baru tanpa ada kesan saling menggurui.
Proses penggarapan karya seni itu berlanjut terhadap penyeleggaraan pameran lukisan di sejumlah kota di belahan dunia pada zaman penjajahan Belanda. Demikian pula keberadaan Walter Spies, warga negara Belanda melahirkan sumber inspirasi bagi seniman Bali dalam hal mengolah kekayaan alam, sinar matahari Bali, menjadi energi yang hidup.
Pria kelahiran Peliatan Ubud (60) yang baru saja meluncurkan buku berjudul "Gung Rai: Kisah Sebuah Museum" itu menjelaskan, dengan demikian keindahan dan kecantikan alam Bali semakin mengemuka dalam kanvas.
Alam mitologi Bali tidak lagi menjadi sesuatu yang tabu untuk diungkap oleh kalangan seniman lokal. Dengan ada hembusan inspirasi dari kepiawaian dan sensitivitas estetis Walter Spies dalam menyatakan kekeramatan, kesan mistis, kisah mitos, seperti leak dan instalasi cili Bali dalam kanvas dan teknik gambar modern khas Walter Spies.
Sementara Bonnet menjadi guru terbang bebas bea bagi pelukis Ubud, mengukuhkan kesenian sebagai gaya hidup sekaligus membimbing pencapaian kualitas karya yang berkarakter nmelalui panutan bagaimana seorang seniman profesional terdidik mesti bersikap terhadap kekayaan lokal yang luhur.
Semua itu mampu menumbuhkan rasa saling menghargai karya masing-masing. Bonnet dikenal sebagai sosok sensitif dan peduli akan realita seni sebagai seni, seni sebagai ritual, dan seni sebagai sumber penghidupan .
Dengan demikian ada sekat konotasi fungsi berkesenian kapan "nyayah" (diamalkan) kapan "bayah" (dibayar). Rupanya sejak perkembangan pesat bidang pariwisata tahun 70-an hingga kini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan seni yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, khususnya seniman.
Motif tersendiri
Seniman dari sejumlah banjar (dusun) di Ubud, Kabupaten Gianyar, yang pernah belajar dari Walter Spies, seniman warga negara Jerman dan Bonnet warga negara Belanda yang lama bermukim di daerah itu, akhirnya mengembangkan lukisan bermotif tersendiri.
Kondisi itu menghasilkan karya seni lukis yang bermutu yang tetap kokoh dan lestari hingga sekarang. Seniman asal Banjar Padang Tegal misalnya, berkat belajar dari Walter Spies mewarisi lukisan wayang gaya Sobrat, Turas, Ketut Ding, Ketut Rungun dan Moleh.
Sedangkan seniman asal Pengosekan, seperti Wayang Kobot, Baret, Liyer, wayang stail Grudug serta banjar Taman dengan tokohnya pelukis Meja. Seniman yang mengembangkan gaya personal sesuai karakter masing-masing, malahan gaya Ketut Ding dengan tetangga sebelah seperti Moleh ternyata memiliki ciri kesan yang berbeda satu sama lain.
"Satu guru satu ilmu, satu tempekan, satu tema misalnya Sita Labuh Geni, ternyata memvisualisasikan karakter pribadi masing-masing. Grudug, Tebesaya, menerapkan warna monokromatik cerah pada kanvas berukuran jumbo, narasi ceritra wayang hampir tuntas dilukiskan dalam satu kanvas, sehingga satu karakter wayang yang sama bisa tampil berulang-ulang dalam satu tuntutan ceritra," ujar Agung Rai.
Ia yang mengoleks 248 lukisan kuno yang ditata secara apik dalam tiga unit bangunan museum dari lukisan dari gaya klasik hingga gaya modern itu melihat seniman Pengosekan lebih senang mengangkat tema filsafat melalui penggambaran tokoh wayang dewata yang cenderung anthropomorpik dengan warna nyaris monokromatik menggunakan teknik pribadi.
Tanda aura kedewataan lenyap diganti himpunan awon-awon yang digarap sangat halus, masif, namun tidak mereduksi makna tokoh sentral.-luar biasa. Bahkan yang lebih luar biasa lagi, momentum ketika Ratu Elizabeth II asal Inggris tahun 1974 berkenan berkunjung ke Pengosekan, Ubud hanya untuk mengenal dari dekat situasi desa yang telah melahirkan karya seni lukis bermnutu itu.
Ratu Elizabeth II mengunjungi Mangku Gina yang kala itu banyak menghasilkan karya-karya seni yang sangat diminati pencintanya di luar negeri, ujar Agung Rai.
Dikenal internasional
Seniman asing yang mengembangkan kreativitas seni di Bali, baik dalam seni tari, tabuh, patung dan kanvas itu, selain memperkenalkan Bali ke dunia barat, sekaligus mampu mengantarkan dirinya mendunia, berkat kegigihan dan kepiawaian memanfaatkan roh Bali dalam menghasilkan karya-karya seni.
Sederetan nama seniman asing yang pernah bermukim di Bali, dengan karya-karyanya yang terbingkai dalam seni budaya Bali mencuat kepermukaan yang telah dikenal dunia internasional hingga sekarang.
Karya seni hasil sentuhan sederetan seniman asing yang pernah bermukim di Bali menggambarkan bagaimana unik dan kokohnya seni budaya yang diwarisi masyarakat Pulau Dewata hingga sekarang.
Walter Spies lewat karya kanvas maupun garapan tari mampu memperkenalkan Bali kepada dunia barat tahun 1930-an, hingga akhirnya Bali dikenal mancanegara. Upaya itu juga dilakukan dengan mengajak seniman tabuh dan tari Bali mengadakan lawatan ke berbagai negara ke Eropa.
Demikian pula seniman lukis dan patung hasil binaannya tetap berpijak pada akar seni budaya Bali. Berkat keberhasilan Walter Spies membangun "jembatan" yang menghubungkan Bali dengan dunia barat, menjadikan para illuwan dan peneliti dunia tertarik datang ke Bali.
Kedatangan ilmuwan barat itu, setelah kembali ke negaranya masing-masing hampir semuanya menulis tentang Bali dari berbagai sudut pandang yang umumnya pada bidang seni budaya serta keindahan panorama alam Pulau Dewata.
Kondisi demikian itu tidak mengherankan, jika Bali sekarang berkembang pesat dalam bidang pariwisata, bahkan sebagian besar masyarakat setempat menggantungkan tumpu harapan pada sektor pariwisata, tanpa mengenyampingkan aspek pembangunan lainnya, tutur Agung Rai. (WDY)
Seniman Ubud Lakukan Interaksi Timur-Barat
Sabtu, 5 April 2014 20:00 WIB