Singapura (Antara Bali) - Harga minyak di pasar Asia hari ini melonjak naik terpicu
sentimen buruk di Ukraina setelah pemerintahan negeri ini yang pro Barat
memobilisasi tentara akibat ancaman invasi Rusia ke wilayahnya.
Kontrak
utama New York, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April,
naik 1,14 dolar AS menjadi 103,73 dolar AS, sedangkan minyak mentah Laut
Utara Brent untuk pengapalan April melonjak 1,62 dolar AS menjadi
110,69 dolar AS.
Akhir pekan lalu parlemen Rusia menyetujui
permintaan Presiden Vladimir Putin untuk mengirimkan tentara ke Krimea
yang mayoritas penduduknya beretnis Rusia menyusul penggulingan
pemerintah pro-Rusia oleh demonstrasi beberapa hari sebelumnya.
Langkah
Rusia ini dikecam dunia, bahkan perdana menteri baru Ukraina, Arseniy
mengingatkan bahwa negerinya berada di ambang malapetaka.
Desmond
Chua, analis pasar pada CMC Markets di Singapura, mengatakan eskalasi
ketegangan di Ukraina menjadi faktor pendorong terkuat naiknya harga
minyak.
Menurut dia, mengingat Ukraina adalah bagian dari rantai
suplai Brent sehingga perkembangan yang terjadi di negeri ini akan
memicu pergerakan harga minyak dunia.
"Saat ini kami akan
mencermati Ukraina, mengenai situasi di Krimea," kata dia seperti
dikutip AFP, seraya menyebut perkembangan di Ukraina akan mengabaikan
faktor harga apa pun.
Para analis JP Morgan Commodities Research
mencatat Ukraina memang bukan produsen atau konsumen besar minyak, namun
negeri ini menjadi transit untuk ekspor energi Rusia.
Lebih dari
70 persen gas dan minyak Rusia mengalir ke Eropa melalui Ukraina.
Sebaliknya, Eropa adalah pembeli 90 persen minyak ekspor Rusia, demikian
AFP. (WDY)
Ukraina-Rusia di Ambang Perang, Harga Minyak Meroket
Senin, 3 Maret 2014 15:04 WIB