Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia menegaskan kesiapannya bekerja sama untuk mengatasi krisis pangan global dalam pertemuan pertama tingkat Sherpa dari Global Crisis Response Group (GCRG) yang diselenggarakan secara virtual, Jumat (13/5).
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) Susiwijono Moegiarso sebagai Sherpa GCRG untuk Indonesia menyampaikan beberapa bagian dunia bergantung pada Rusia dan Ukraina untuk pasokan pangan, yang sangat terganggu dengan adanya konflik dan diperparah dengan lonjakan harga, terutama terkait pengiriman barang dan logistik.
"Negara-negara yang bergantung pada bahan bakar fosil, berjuang untuk menemukan sumber energi karena adanya sanksi ekonomi. Krisis mendorong kebutuhan yang mendesak, untuk penyediaan pasokan yang berkelanjutan dan percepatan transisi energi," kata Susiwijono dalam keterangan resmi di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Presiden Jokowi serukan hentikan perang di Ukraina sekarang juga
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya diversifikasi rantai pasokan ke sumber-sumber alternatif dan pembangunan kapasitas kolektif untuk negara-negara yang terkena dampak.
Sebagai pengekspor gas alam terbesar di dunia dan pengekspor minyak terbesar kedua di dunia, sanksi yang diterapkan kepada Rusia menyebabkan kenaikan harga energi secara signifikan.
Terhadap isu keuangan global, Indonesia menyatakan kesiapan untuk mendiskusikan cara mengurangi risiko tinggi debt distress, terutama yang dihadapi oleh negara-negara berkembang dan negara berkembang berpenghasilan rendah, termasuk yang terkait dengan Inisiatif Penangguhan Layanan Utang (Debt Service Suspension Initiative).
Ketiga isu yang dibahas tersebut juga akan menjadi agenda prioritas pada Presidensi G20 Indonesia tahun ini. Working Group G20 yang relevan dengan isu-isu tersebut akan melakukan sinkronisasi dan mensinergikan concrete deliverables dengan program-program GCRG.
GCRG dibentuk oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang terdiri dari 6 Kepala Negara/Kepala Pemerintahan sebagai Champions Group of the GCRG yang bertujuan untuk mengkoordinasikan kebijakan dan implementasi dalam menangani krisis yang timbul dari dampak konflik Rusia - Ukraina dan pandemi COVID-19.
Baca juga: Presiden Jokowi singgung soal perang Ukraina di depan Kongres Amerika
Pertemuan pertama Sherpa GCRG membahas peran yang diharapkan atas pembentukan GCRG dan strategi advokasi untuk menyusun langkah aksi dan rekomendasi, serta Roadmap GCRG untuk mengatasi situasi krisis yang tengah dihadapi guna diadvokasi kepada para Kepala Negara/Kepala Pemerintahan.
Pertemuan ini dipimpin oleh Deputi Sekretaris Jenderal PBB Amina Mohammed dan dihadiri oleh para Sherpa GCRG dari Indonesia, Jerman, Denmark, Bangladesh, dan Senegal.
Deputi Sekretaris Jenderal PBB Amina Mohammed menyebutkan para Champions Group of the GCRG sangat dibutuhkan untuk menavigasi krisis multidimensional, terutama krisis pangan, energi, dan keuangan.
GRCG juga berupaya untuk mengevakuasi warga negara Ukraina dari Mariupol secepatnya, dengan membuka perbatasan negara-negara tetangga dan menyediakan bantuan kemanusiaan.
"Melalui forum ini, PBB berada dalam mode proaktif untuk memitigasi tantangan yang akan datang dan dalam implementasinya akan berusaha untuk menyelaraskan dengan agenda-agenda di luar GCRG, seperti agenda pada Forum G7 dan G20," ungkap Amina.
Baca juga: PBB: Sudah 3.000 warga sipil tewas akibat perang di Ukraina
Ia pun turut menyampaikan bahwa PBB mengapresiasi kepemimpinan Indonesia di Presidensi G20 Tahun 2022. Sama seperti di Forum G7, PBB telah memiliki beberapa rekanan untuk membahas agenda keamanan pangan.
Hasil pertemuan GCRG akan disampaikan dalam bentuk briefing notes. Untuk pertemuan berikutnya di minggu ketiga atau keempat Mei 2022, briefing notes akan dibagi dalam beberapa sub grup, yakni fertilizer, logistik, serta Investasi.
Indonesia siap bekerja sama atasi krisis pangan global di Sherpa GCRG
Minggu, 15 Mei 2022 5:29 WIB