Denpasar (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengaku mendukung keinginan Pemprov Bali yang meminta pemberian insentif bagi daerah yang selama ini banyak membantu pemasukan devisa bagi Indonesia.
Hal itu disampaikan Asisten Deputi Pengembangan Pariwisata Kemenko Perekonomian Herfan Brilianto Mursabdo yang menilai intervensi dari Gubernur Wayan Koster itu sesuai dengan kerja Bali yang mendatangkan devisa lewat pariwisata sehingga peluang agar permintaan itu terwujud ada.
“Iya (ada peluang), harus kita dukung, karena balik lagi Bali itu sebagai daerah yang memang penyumbang terbesar wisatawan mancanegara,” kata dia di Denpasar, Bali, Jumat.
“Sehingga apapun intervensi yang dilakukan pemerintah bekerja sama dengan daerah tentunya berkontribusi positif terkait pengembangan pariwisata Indonesia secara keseluruhan harus didukung,” sambung Herfan.
Diketahui Pemprov Bali terus mendorong pemerintah pusat memberikan insentif bagi daerah yang menjadi penyumbang devisa besar untuk negara, insentif yang dimaksud tidak berupa uang melainkan pembangunan infrastruktur atau sarana prasarana strategis sesuai kebutuhan daerah tersebut.
Dari keseluruhan kedatangan wisatawan asing ke Indonesia sepanjang 2024 sendiri, sebanyak 46 persen atau 6,4 juta orang masuk melalui Bali, sehingga pemerintah mencatat devisa yang berputar sebesar Rp107 triliun dari total Rp243 triliun di Indonesia.
Meski tidak menyebutkan nilai yang sesuai untuk insentif bagi Bali sebagai daerah yang mendatangkan devisa tertinggi, Kemenko Perekonomian menilai Bali memang layak mendapat perhatian lebih.
Apalagi, ini sesuai dengan target Presiden Prabowo agar sektor pariwisata sebagai pendukung pertumbuhan utama mencapai 8 persen pertumbuhan ekonomi 2029 nanti.
“Tentunya untuk mencapai itu tidak bisa investasi yang sedikit, investasi itu bisa dari APBN maupun dari swasta atau investasi internasional,” ujarnya.
“Untuk pembiayaan infrastruktur ini yang paling penting adalah kita menentukan prioritas mana yang paling memiliki daya dukung besar untuk membuka potensi-potensi pariwisata,” sambung Herfan.
Oleh karena itu, kehadirannya bertemu Pemprov Bali hari ini untuk berdiskusi bersama Asian Development Bank membahas solusi-solusi tepat pengelolaan pariwisata Bali.
“Jadi di pertemuan ini lebih fokus membahas mengidentifikasi, karena ini penting kalau kita tidak bisa mendapatkan prioritas yang tepat ya nanti dikhawatirkan (bantuan pembangunan) akan kurang optimal,” kata dia.
Baca juga: Cadangan devisa terjaga tinggi capai 152 miliar dolar AS pada Juli 2025
Baca juga: Menteri Erick: KEK Sanur berpotensi tarik devisa
Baca juga: Presiden minta RSUP Prof Ngoerah bantu pendapatan devisa lewat estetika
