Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, Dewa Punia Asa, mengatakan, pembangunan Bendungan Titab di Kabupaten Buleleng hingga kini masih terkendala pembebasan lahan.
"Anggaran pemerintah pusat untuk pembangunan bendungan terbesar di Bali itu sudah siap. Namun, pembangunannya belum bisa terlaksana jika masalah pembebasan lahan belum diatasi," katanya di Denpasar, Senin.
Usai acara dengar pendapat DPRD Bali dengan Dinas PU dan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Bali, ia mengatakan, pembebasan lahan merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten dan pemerintah provinsi.
"Untuk pembebasan lahan tidak sedikit anggaran yang kita butuhkan. Pemprov baru menganggarkan Rp3,3 miliar. Sedangkan dari kabupaten juga sudah menyiapkan tetapi belum bisa meng-'cover' secara keseluruhan. Untuk itu, pemerintah provinsi Bali meminta anggaran pendamping untuk pembebasan lahan," kata Punia Asa.
Ia mengatakan, sekarang masih diupayakan untuk membentuk tim penyiapan lahan yang terdiri atas Pemkab Buleleng, Badan Pertanahan Nasional.
Tim ini, kata dia, nantinya bertugas untuk melihat kembali kajian dan mencari harga yang disepakati. Setelah itu baru dibayarkan sesuai dengan ketentuan.
"Patungan dana untuk sementara ini telah disepakati dengan pembagian Pemkab Buleleng 20 persen, Pemprov Bali 30 persen dan pusat 50 persen," ujarnya.
Menurut Punia Asa, jika masalah pembebasan lahan sudah bisa teratasi, maka pembangunan Bendungan Titab akan dimulai pada tahun ini juga.
"Jika sudah terbayarkan, maka tahun ini sudah mulai dikerjakan untuk perancangan tapak. Untuk pengerjaan tapak dan konstruksi bangunan semuanya melalui anggaran pusat," katanya.
Bendungan terbesar di Pulau Dewata ini rencananya akan dibangun pada lahan seluas 138 hektare dengan biaya konstruksinya mencapai Rp486 miliar.
Bendungan Titab ini nantinya bisa mengairi seluas 1.794 hektare sawah di dua kecamatan, yakni Busungbiu dan Seririt, Kabupaten Buleleng. Bendungan tersebut juga akan dikemas menjadi pembangkit tenaga listrik sebesar 1,5 megawatt, pertanian, peternakan, objek wisata mancing dan wisata alam pertanian organik.(*)