Jakarta (Antara Bali) - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menilai tarif busway TransJakarta seharusnya tidak dinaikkan, atau tetap sebesar Rp3.500.
"Tarif bus TransJakarta memang seharusnya tidak ikut-ikutan naik, karena menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) bukan Bahan Bakar Minyak (BBM)," kata Basuki di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu.
Menurut Basuki, kenaikan tarif bus TransJakarta baru bisa dilakukan jika seluruh komponen pendukung sudah benar-benar siap, seperti armada dalam jumlah banyak dan penerapan tiket bulanan.
"Kita harus siapkan dulu seluruh komponen pendukung kenaikan tarifnya. Tiket elektronik atau e-ticketing saja sampai dengan saat ini belum berjalan sepenuhnya," ujar Basuki.
Terkait penerapan tiket bulanan, Basuki menuturkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI akan memberlakukan harga yang murah dan terjangkau oleh masyarakat.
"Artinya, harga tiketnya nanti tidak akan melebihi Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI yang mencapai Rp2.200.000. Kemungkinan, harga tiket bulanan ini hanya sekitar Rp220.000," tutur Basuki.
Basuki mengakui Pemprov DKI memang sudah sejak lama merencanakan kenaikan tarif bus TransJakarta, tetapi masih menunggu hingga seluh komponen pendukung tersebut betul-betul siap.
Pada Selasa (25/6) Gubernur DKI Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kenaikan tarif bus TransJakarta sebesar 42 persen, yakni dari Rp3.500 menjadi Rp5.000.
Akan tetapi, hari Rabu Jokowi membatalkan kenaikan tersebut karena dikhawatirkan penumpangnya beralih menggunakan kendaraan pribadi, sehingga tarif bus TransJakarta tetap Rp3.500. (LHS)
