Denpasar (ANTARA) - Dinas Pariwisata (Dispar) Bali meminta pelaku usaha khususnya hotel atau penginapan tidak menjual Hari Suci Nyepi sebagai nama paket-paket wisata.
“Kita kan harus menghormati masyarakat Bali yang beragama Hindu untuk melakukan tapa brata penyepian, jadi agar nama Nyepi tidak dijual,” kata Kepala Dispar Bali Tjok Bagus Pemayun di Denpasar, Bali, Senin.
Hari Suci Nyepi jatuh pada Sabtu, 29 Maret 2025 dari pukul 6.00 Wita sampai 6.00 Wita esok harinya, dengan rangkaiannya yang kerap disukai wisatawan seperti malam pawai ogoh-ogoh pada 28 Maret.
Tjok Pemayun meminta jika pelaku usaha pariwisata ingin menarik pengunjung, dapat menggunakan nama lain dalam penawaran paketnya, tanpa mengaitkan kegiatan umat Hindu Bali.
“Boleh saja (menggaet wisatawan) tapi jangan pakai bahasa Nyepi dalam artian dikemas bahwa ini menyambut libur panjang Bali, silahkan menginap di Bali,” ujarnya.
Libur Nyepi sendiri tahun ini dibarengi dengan libur panjang Idul Fitri, di mana Dispar Bali meyakini akan terjadi kenaikan jumlah wisatawan.
Untuk awal tahun 2025, Tjok Pemayun mengakui jumlah kunjungan wisatawan tidak sebanyak saat musim libur, di mana tahun ini jumlah wisman masih di angka 1.013.700 kunjungan dan 902.688 wisatawan domestik.
Tjok Pemayun memprediksi mulai 7 hari sebelum Idul Fitri kunjungan wisatawan akan mulai meningkat, sehingga upaya menggaet wisatawan untuk merasakan suasana Nyepi tidak perlu dengan menjual nama hari raya.
“Biasanya 7 hari sebelum lebaran wisatawan nusantara sudah mulai (datang) ini kan sudah 7 hari jadi masih terus dimonitor pergerakannya,” kata dia.
Selain memasuki libur panjang Idul Fitri, pemerintah daerah juga optimistis kunjungan wisatawan akan tinggi karena harga tiket pesawat dalam negeri lebih masuk akal dan sudah dibukanya jalan Tol Probolinggo.
Baca juga: Ratusan polisi amankan Nyepi dan Idul Fitri di Tabanan
Baca juga: Sebanyak 16 ogoh-ogoh terbaik Denpasar tampil di Kasanga Festival
Baca juga: Tol Bali Mandara tutup 32 jam saat Nyepi