Ubud (ANTARA) - Pameran dan Diskusi tentang Kain Wastra Bebali menjadi salah satu acara penutup dalam Festival Niti Raja Sasana serangkaian dengan Sastra Saraswati Sewasa 2024 yang diadakan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud, Selasa (23/7) sore.
Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud sekaligus Koordinator Staf Khusus Presiden, Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana mengatakan bahwa festival ini digelar untuk ajang literasi dan edukasi.
“Cara paling mudah untuk edukasi dari kain tradisional Bebali atau kain wastra adalah dengan menampilkan kain-kain tersebut agar tetap dipertahankan dan digunakan” katanya.
Ia juga menyampaikan bahwa kain Bebali atau kain tradisional Bali yang lawas perlu dikonservasi agar tetap awet dan memodifikasi dengan desain baru yang diekspresikan melalui kolaborasi tradisional dan modern.
Sementara itu, Desainer dari Bali sekaligus Dosen di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar Cokorda Gede Abi Nanda Sukawati mengatakan pelestarian kain tradisional ada kaitannya dengan kepemimpinan pemerintah untuk mempertahankan budaya bali dan mempertahankan kearifan lokal.
“Pemertahanan Kain Tradisional tidak hanya melalui festival. Kain tradisional tentu ada kaitannya dengan regulasi pemerintah. Misal seperti penggunaan baju kebaya adat Bali di hari Kamis. Sudah termasuk cara untuk mempertahankan” Katanya.
Ia juga berharap bahwa nantinya Yayasan Puri Kauhan Ubud kembali menggelar acara serupa khusus untuk tekstil dan busana tradisional modern.