Denpasar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika memacu semangat mahasiswa Universitas Warmadewa, Denpasar, Bali, agar berani dan siap menjadi calon pemimpin masa depan.
"Kalian harus siap dan mau menjadi pemimpin. Untuk siap dan layak menjadi pemimpin, harus isi diri dengan ilmu pengetahuan," kata Pastika saat berbicara di depan ratusan mahasiswa Universitas Warmadewa (Unwar) di Denpasar, Kamis.
Pastika dalam acara Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) Fisipol Unwar ini menyampaikan Bali ke depan memerlukan pemimpin yang tangguh dan dipercaya rakyat untuk menjaga Bali.
Oleh karena itu, menurut dia, mahasiswa harus dilatih dengan baik agar berani tampil menyuarakan aspirasinya di depan publik.
"Pemimpin itu bukan manusia biasa, tetapi harus menjadi luar biasa dan punya power (kekuatan) untuk menggerakkan orang. Di era sekarang, ada yang menjadi pemimpin karena memiliki kekuatan finansial dan menguasai informasi," ucap Gubernur Bali periode 2008-2018 itu.
Baca juga: Mangku Pastika usulkan pusat rehabilitasi narkoba di resort berpadu herbal
Seorang pemimpin, kata Pastika, tidak bisa hanya pribadi yang biasa-biasa saja. Tetapi haruslah lebih pintar, lebih berani, lebih jujur, lebih berwibawa, memiliki daya tahan tinggi, bermental baja, memiliki fisik yang bagus serta berbagai kelebihan lainnya.
Pastika berpandangan perguruan tinggi menjadi salah satu tempat untuk menempa para calon pemimpin dan modal tekun belajar di kampus saja belum cukup.
"Harus rajin belajar dan berlatih. Mahasiswa harus dibekali keterampilan selain teori. Mahasiswa harus kritis dan punya nyali besar dan berani tampil agar percaya diri untuk bisa menjadi pemimpin," ujar mantan Kapolda Bali itu.
Selanjutnya harus dikembangkan pola-pola agar mahasiswa berpikir kritis dan melahirkan solusi ketika ada masalah. Pendidikan hendaknya dapat melatih otak untuk berpikir dan bukan hanya belajar dari fakta-fakta ilmu pengetahuan serta mengutip yang ada di buku.
Baca juga: Mangku Pastika dorong BPD Bali cepat "go public"
"Kritik itu harus membangun karena kalau hanya bisa menyalahkan saja itu namanya mencaci maki," katanya menegaskan.
Di sisi lain mengenai pertanyaan mahasiswa soal dampak pariwisata terhadap lingkungan, kemacetan dan sosial budaya, Pastika mengatakan kuncinya tergantung ketegasan menerapkan aturan.
"Aturannya sudah ada. Sekarang tinggal law enforcement (penegakan hukumnya) apa mau dan berani?" ujarnya.
Dalam sesi tanya jawab, sejumlah mahasiswa melontarkan kekhawatiran dampak pariwisata seperti adanya wisatawan yang kebut-kebutan di jalan umum dan aturan lingkungan yang dilanggar.*