Bangli, Bali (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali menggenjot rantai nilai dari hulu ke hilir sektor pertanian prioritas di Pulau Dewata untuk menopang perekonomian daerah.
“Kami memiliki model kredit/pembiayaan sektor prioritas (KPSP) pertanian. Nanti pertaniannya menyesuaikan potensi daerah,” kata Kepala OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu saat meninjau pertanian bawang merah di Desa Songan B, Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, Senin.
Untuk itu, pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Pertanian kabupaten di Bali menyasar sektor pertanian prioritas menyesuaikan potensi daerah, misalnya pertanian bawang merah di Desa Songan B, Kintamani, Kabupaten Bangli.
Percontohan pertama rantai nilai dengan model KPSP telah dilaksanakan untuk sektor pertanian padi di Subak Bengkel Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan pada Oktober 2023.
Skema KPSP itu menjadi acuan untuk program Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) sektor pertanian.
“Tahun 2024 kami masifkan (KPSP), berkoordinasi dengan Dinas Pertanian, sektor apa yang prioritas dan daerahnya. Nanti kami buat percontohan seperti Subak Bengkel,” imbuhnya.
Ada pun dalam rantai nilai itu yakni adanya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang menyediakan kebutuhan petani di antaranya pupuk dan bibit.
Kemudian petani difasilitasi akses pembiayaan sektor prioritas oleh lembaga jasa keuangan dan asuransi tani hingga diberikan pendampingan.
Baca juga: OJK: Penyaluran kredit perbankan di Bali sebesar Rp102,97 triliun
Tak hanya itu, hasil produktivitas para petani tersebut juga langsung diserap oleh BUMDes.
Sementara itu, sektor pertanian prioritas bawang merah di Kintamani, Bangli menjadi salah satu sektor yang memiliki potensi besar menjadi percontohan selanjutnya dalam skema KPSP.
Ketua Kelompok Tani Sejati Banjar Dalem, Desa Songan B Kintamani Ketut Lama yang menggarap pertanian bawang merah menjelaskan kelompoknya selama ini mendapatkan pembinaan dan akses pembiayaan.
Dari 30 anggota di kelompok tani yang ada di kaki Gunung Batur itu, 11 orang di antaranya mendapatkan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) berbasis klaster pertanian oleh BUMD, PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali.
Pada 2023 nilai KUR yang diterima mencapai Rp670 juta dengan bunga mencapai enam persen per tahun.
Pembiayaan itu salah satunya dimanfaatkan untuk sistem pengairan dengan metode penyemprotan (sprinkle) yang bersumber dari air Danau Batur sehingga mendukung kondisi tanah lebih subur dan berkontribusi meningkatkan produktivitas.
Ada pun rata-rata untuk satu hektare produksi bawang merah mencapai sekitar 20 ton yang saat ini tak hanya diserap pasar di Bali tapi juga hingga di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur.
Baca juga: OJK: Transaksi bursa karbon capai Rp29,45 miliar
Ia mengatakan, dengan rata-rata per tahun ada empat kali musim panenper kilogra m bawang merah termasuk daunnya, saat ini dijual ke pengepul mencapai Rp21-22 ribu.
“Kalau misalnya ada, kami harap dibantu cold storage, itu sangat dibutuhkan. Jika (cold storage) itu murah, kami kumpulkan petani, ada perbankan (bantu) untuk permodalan kami,” katanya.
Sektor pertanian diharapkan menjadi prioritas untuk mendukung ekonomi Bali, agar tidak bertumpu lebih besar di sektor pariwisata yang sempat terdampak buruk akibat pandemi COVID-19.
Berdasarkan data OJK, kredit/pembiayaan sektor pertanian di Bali masih rendah mencapai 5,13 persen dari portofolio kredit industri di Pulau Dewata.
OJK mencatat secara umum realisasi kredit perbankan di Bali posisi September 2023 mencapai Rp102,97 triliun atau tumbuh 5,11 persen jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.