Denpasar (ANTARA) - Lawatan mendiang Ratu Elizabeth II di Bali pada 15 Maret 1974 menjadi peristiwa bersejarah karena menandai peningkatan hubungan Indonesia-Inggris.
Selain itu, kunjungan tersebut juga terbilang unik karena Ibunda Raja Charles III itu mengunjungi Pulau Dewata menumpangi kapal pesiar kerajaan, Royal Yacht Britannia.
Begitu turun dari kapal pesiar, Ratu yang didampingi sang suami, Pangeran Philip kemudian disambut tari tradisional Bali.
Selama di Bali, ia menyaksikan pertunjukan seni budaya Bali di salah satu balai budaya.
Berlabuhnya armada transportasi laut mewah itu di Bali menjadi momentum membangkitkan potensi wisata kapal pesiar di Bali yang kini terus dikembangkan pemerintah bersama pelaku kepentingan lainnya.
Sejak itu pula, banyak operator kapal pesiar mancanegara hilir mudik membawa ribuan wisatawan asing berlayar ke Pulau Dewata.
Selama ini, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Kabupaten Badung memang masih menjadi pintu gerbang utama sebagai akses keluar masuk wisatawan baik domestik dan mancanegara ke Bali.
Selama 2019, sebanyak 6,3 juta wisatawan mancanegara berkunjung di Bali sebelum pandemi COVID-19. Setelah status pandemi COVID-19 dicabut pemerintah, pelan-pelan arus kunjungan wisatawan kembali naik.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, selama periode Januari-Agustus 2023, tercatat 3,41 juta wisatawan asing berkunjung di Bali. Kunjungan wisatawan paling besar melalui jalur udara yakni 3.405.299 orang.
Namun demikian, pintu gerbang wisatawan ke Bali tak hanya melalui udara. Pintu gerbang wisatawan mancanegara ke Bali juga melalui laut, yakni sebanyak 13.608 orang pada periode Januari-Agustus 2023. Mereka sandar di Pelabuhan Benoa di Denpasar dan Pelabuhan Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng.
Jumlah penumpang kapal pesiar ke Pulau Dewata melalui Pelabuhan Benoa selama periode Januari-Oktober 2023 mencapai hampir 22 ribu orang atau naik signifikan dibandingkan periode sama 2022 mencapai 180 orang.
Baca juga: Pelindo data 68 kapal pesiar minta sandar di Benoa Bali pada 2024
Puluhan ribu wisatawan asing itu diangkut menggunakan 31 kapal pesiar yang singgah di Pelabuhan Benoa atau meningkat dibandingkan periode sama 2022 yang hanya disinggahi dua kapal pesiar karena terkendala pandemi COVID-19.
Masih ada 20 kapal pesiar berbagai ukuran yang dijadwalkan merapat di Pelabuhan Benoa Denpasar hingga akhir Desember 2023. Puncak kedatangan kapal pesiar ke Benoa Denpasar biasanya dimulai tiga bulan di awal tahun dan tiga bulan pada akhir tahun.
Bahkan, kapal pesiar jumbo dengan panjang 317 meter dijadwalkan juga sandar pada 30 Oktober 2023 yang membawa 3.000 penumpang dan kru. Kapal pesiar Celebrity Solstice itu menjadi kapal pesiar terbesar yang pertama kali merapat di Indonesia.
Sedangkan pada 2024, Pelindo juga sudah menerima pendaftaran sandar sebanyak 68 kapal pesiar yang rata-rata berukuran panjang di atas 294 meter.
Mulai 2024, kapal pesiar dari Singapura juga rutin berlayar menuju Pelabuhan Benoa di Denpasar dan Pelabuhan Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng, Bali Utara.
Biasanya hotel terapung itu hanya singgah di Benoa tidak menentu atau bahkan setahun sekali. Namun, kali ini rutin berlayar dari negeri singa itu, kata General Manager Pelindo Regional III Benoa Denpasar, Anak Agung Gede Agung Mataram.
Pengembangan infrastruktur
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang kepelabuhanan memiliki rencana mengembangkan infrastruktur maritim di Tanah Air.
Sejalan dengan program pemerintah yang menjadikan sektor maritim sebagai prioritas, Pelindo mengembangkan beberapa pelabuhan, salah satunya Pelabuhan Benoa di Denpasar, Bali sebagai Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) atau Pusat Pariwisata Maritim Bali.
BMTH menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang pembangunannya masuk dalam Peraturan Presiden Nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2020-2024.
Baca juga: Pelindo: Penumpang kapal pesiar di Bali meningkat
Nantinya, Pelabuhan Benoa menjadi pusat pariwisata maritim untuk meningkatkan potensi ekonomi kawasan Indonesia bagian timur khususnya pariwisata kapal pesiar dan kapal wisata atau yacht yang berlayar di Indonesia.
Meski pembangunan masih berjalan dan ditargetkan selesai pada 2024, namun sebagian infrastruktur dasar guna mendukung layanan kapal pesiar sudah rampung.
Pengembangan dermaga timurdi Benoa untuk kapal pesiar misalnya, sudah rampung mencapai 500 meter setelah sebelumnya hanya memiliki panjang 350 meter. Dengan begitu, dua kapal pesiar jumbo bisa sandar sekaligus di Pelabuhan Benoa.
Pengerjaan saat ini adalah infrastruktur pendukung di laut yakni dua proyek pengerukan alur dan kolam masing-masing untuk paket A dan B. Pengerjaan proyek tersebut sudah mencapai 51,6 persen dan 58,9 persen pada pertengahan Oktober 2023. Pengerukan sedimen bawah laut dilakukan hingga kedalaman sekitar minus 12 low water spring (MLWSL) dari permukaan laut.
Total biaya yang dikucurkan untuk proyek itu yakni Rp1,2 triliun yang bersumber dari Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk infrastrutkur di laut dan pengerjaan infrastruktur di darat menelan anggaran mencapai Rp2,2 triliun dari anggaran Pelindo.
Sedangkan infrastruktur di darat lain yang sudah rampung di antaranya perluasan terminal penumpang internasional, pelindung pantai dan dinding penahan tanah serta fasilitas umum penunjang pariwisata lainnya.
Dampak ekonomi
Potensi wisata kapal pesiar membawa dampak ekonomi yang besar. Meski durasi kunjungan rata-rata singkat rata-rata dua hingga tiga hari, namun pengeluaran wisatawan mancanegara itu terbilang besar atau sama dengan wisatawan untuk segmentasi konferensi (MICE) yang rata-rata per hari diperkirakan mencapai di atas Rp1 juta per orang.
Pengeluaran itu di antaranya untuk membeli pekat tur wisata, makan dan minum, belanja produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), transportasi, hingga kunjungan objek wisata.
Rata-rata satu kapal pesiar berukuran sedang hingga jumbo dengan panjang di atas 290 meter membawa turun turis 500-3.000 orang.
"Yang tak kalah penting, promosi pariwisata dari pengalaman wisatawan itu juga menjadi nilai tambah dalam mendorong kualitas pariwisata Tanah Air," kata Ketua Asosiasi Agen Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali, Putu Winastra.
Peningkatan kedatangan kapal pesiar ke Bali menandakan kebangkitan pariwisata setelah didera pandemi COVID-19. Mencermati animo yang tinggi dari wisatawan, operator kapal pesiar dunia. serta didukung daya tarik Pulau Dewata maupun kesiapan infrastrukturnya, maka peluang itu selayaknya diantisipasi dengan baik.
Peluang positif tersebut perlu diikuti dengan pengaturan layanan yang optimal dari semua pihak, termasuk kemudahan layanan imigrasi bagi wisatawan kapal pesiar.