Tabanan (ANTARA) - Polres Tabanan melakukan simulasi pengamanan menjelang Pemilu Serentak 2024 di daerah itu dengan mengerahkan 400 personel untuk menguji kesiapan sistem pengamanan kota (sispamkota) di Lapangan Rindam IX/ Udayana, Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali, Rabu.
Kapolres Tabanan AKBP Leo Dedy Defretes mengatakan latihan Sispamkota tersebut diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan terkait sebagai tahap awal untuk memastikan sejauh mana persiapan personel Polres Tabanan dalam menghadapi potensi kericuhan akibat sengketa Pemilu 2024.
"Pemilu merupakan wujud keikutsertaan seluruh rakyat Indonesia dalam menyelenggarakan pemerintahan negara," kata Leo di Kabupaten Tabanan, Bali, Rabu.
Kehidupan demokrasi di Indonesia sekarang ini, lanjut Leo, memberikan ruang kebebasan bagi masyarakat untuk berserikat, berkumpul, dan menyampaikan pendapat yang dilindungi oleh konstitusi, serta mendapat hak politik untuk terlibat dalam roda pemerintahan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945.
Kemudian, tambahnya, pemilu adalah hak demokratis rakyat untuk menyampaikan aspirasi dalam rangka membentuk sistem negara yang berkedaulatan rakyat dengan menentukan calon tertentu masuk dalam sistem pemerintahan.
Mengingat arti penting pemilu bagi keberlangsungan pemerintahan dan pembangunan dalam mencapai tujuan bangsa dan negara Indonesia, katanya, maka aparat keamanan TNI-Polri wajib menjaga dan mengamankan penyelenggaraan pesta demokrasi lima tahunan sekali itu.
Leo menyebutkan dalam rangka Pemilu Serentak 2024, jumlah tempat pemungutan suara (TPS) di Kabupaten Tabanan sebanyak 1.545, dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 372.372 orang yang terdiri atas 183.119 pemilih laki-laki dan 189.253 pemilih perempuan, serta 16 partai peserta pemilu dari total 17 partai.
"Inilah objek pengamanan kami pada Pemilu Serentak 2024. Tentunya, ini bukanlah hal yang mudah. Harus ada sinergisme antara TNI-Polri dan unsur instansi terkait lainnya, serta dari masyarakat untuk menciptakan pemilu yang aman dan damai," jelas Leo.
Simulasi pengamanan konflik Pemilu 2024 di Kabupaten Tabanan itu dilakukan mulai dari berlangsungnya pencoblosan di TPS dengan situasi kondusif dan penjagaan oleh personel.
Kemudian, dilakukan penghitungan suara di suatu TPS, di mana dalam skenario itu yang dinyatakan menang adalah Singa. Selanjutnya kotak suara dibawa ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tabanan dan dilakukan sidang pleno.
Saat sidang pleno, ternyata suara terbanyak diraih oleh Rusa. Sehingga, karena Singa dinyatakan kalah saat pleno di KPU, kemudian pendukung Singa yang dinyatakan menang di TPS tidak terima dan melakukan aksi protes dengan hasil sidang pleno KPU tersebut.
Massa pendukung Singa lalu mendatangi KPU dan terjadi keributan. Lalu, tim pengendalian massa (dalmas) awal datang dan situasi semakin memanas.
Kabag Ops Polres Tabanan pun berkoordinasi dengan kapolres Tabanan karena situasi semakin memanas (zona kuning). Melihat situasi itu, kabag Ops dan kasat Sabhara pun mengerahkan dalmas.
Kapolres Tabanan yang hadir pun memberikan imbauan kepada massa, namun tetap tidak dihiraukan oleh pendukung Singa. Selanjutnya, dilakukan penyiraman air dengan menggunakan mobil kepada massa aksi.
Jika dengan penyiraman air dinilai belum mempan, maka personel Polres Tabanan melakukan tembakan peringatan terhadap massa pengunjuk rasa dan kemudian dikerahkan Tim Rainmas Polres Tabanan, lalu massa pun membubarkan diri.
Baca juga: Agung Lidartawan kembali terpilih jadi Ketua KPU Provinsi Bali
Baca juga: Kapolri ingatkan Korlantas siapkan amankan Pemilu 2024
Baca juga: Pangdam Udayana minta insan pers jaga jurnalisme keberagaman tahun politik