Singaraja, Bali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Buleleng, Bali menyebutkan pemilihan perbekel atau kepala desa (pilkades) tahun 2023 di daerah itu memunculkan dua pemimpin perempuan masing-masing di Desa Tukadsumaga dan Pangkungparuk.
"Kedua perbekel perempuan yang terpilih adalah Anak Agung Sri Wathi dari Desa Tukadsumaga dan Ni Nyoman Sekarini dari Desa Pangkungparuk. Keduanya merupakan calon pendatang baru yang sukses menarik dukungan masyarakat desa mereka," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Buleleng Made Dwi Adnyan, di Singaraja, Senin.
Dia mengatakan pemilihan Kepala Desa serentak yang berlangsung di 11 desa di kabupaten ujung utara Pulau Dewata tersebut menunjukkan hasil yang baik terhadap emansipasi perempuan.
Adapun dua calon perbekel/kepala desa perempuan berhasil meraih kemenangan, berhasil mengukuhkan peran perempuan dalam pemerintahan desa.
Bahkan, salah satunya berhasil mengalahkan petahana. "Calon di Desa Pangkungparuk merupakan seorang kaur yang berhasil mengalahkan calon perbekel petahana," ungkap Dwi Adnyana.
Sebanyak 11 desa yang mengadakan pilkades serentak kali ini yaitu Desa Tukadsumaga, Desa Musi, Desa Banyupoh, Desa Pangkungparuk, Desa Sepangkelod, Desa Sidetapa, Desa Dencarik, Desa Tukadmungga, Desa Sangsit, Desa Sembiran, dan Desa Bondalem.
Pemungutan suara mencatatkan delapan calon pendatang baru berhasil meraih posisi perbekel, sementara hanya tiga perbekel petahana yang dapat mempertahankan jabatannya.
Dwi Adnyana mengatakan pilkades ini bukan hanya sebagai sebuah pesta demokrasi di tingkat desa, tetapi juga menjadi perwujudan semangat perubahan dan kesetaraan gender dengan terpilihnya dua perbekel perempuan.
"Perjalanan mereka dalam memimpin desa-desa ini akan menjadi sorotan dan harapan bagi masyarakat Kabupaten Buleleng," ungkapnya.
Sementara itu, Penjabat Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana menjelaskan pelaksanaan pilkades diharapkan menghormati pilihan masing-masing dan menjunjung demokrasi. Hal yang utama, adalah bersama-sama menjaga ketertiban, stabilitas dan jangan sampai mengganggu keharmonisan hubungan antar masyarakat.
Berhubung pelaksanaannya berdekatan dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Lihadnyana mengharapkan agar kondisi yang aman bisa diteruskan.
"Yang kita harapkan itu adalah bagaimana demokrasi di tingkat desa yang sekarang ini sudah berjalan lancar, astungkara, itu bisa diketok tularkan pada saat pemilu dan pemilukada,” ungkapnya.
Terkait pemetaan kerawanan selama Pilkel, Lihadnyana menegaskan bahwa dirinya tidak berasumsi dan telah memantau persiapannya dengan ketat termasuk memastikan kondisi sedari persiapan hingga tahapan usai, dari dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), hingga camat, dan SKPD terkait lainnya.