Denpasar (ANTARA) - Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali berhasil memperjuangkan pemberian subsidi atas harga pakan dari pabrik swasta.
Ketua GUPBI Bali I Ketut Hari Suyasa di Denpasar, Sabtu, menuturkan awalnya mereka hendak berkomunikasi dengan PT Charoen Pokphand Indonesia (CPI) agar tidak menaikkan harga pakan babi akibat naiknya bahan baku jagung.
“Kebetulan pabrik ini salah satu barometer nilai jual produksi pakan ternak di Indonesia, jadi kalau harga dia turun atau naik yang lain ikut. Kita berharap agar harga pakan tidak naik, lalu akhirnya didengar justru diberikan subsidi,” kata dia.
Dalam seminggu terakhir, kata dia, harga bahan baku jagung untuk pakan sendiri mencapai Rp300 per kilogram, atau di harga Rp10 ribu-Rp15 ribu per sak, sehingga ada kekuatiran di antara peternak jika harga pakan ikut tinggi.
“Seharusnya ini (pemberian subsidi-red) sangat membantu paling tidak di saat kita tidak bisa meningkatkan nilai jual maka mengurangi biaya produksi menjadi penting. Paling banyak dibutuhkan biasanya konsentrat, itu diberikan subsidi Rp25 ribu/sak, pakan jadi disubsidi Rp10 ribu/sak, pakan babi finisher diberikan harga Rp335 ribu/sak,” sambungnya.
Pemberian subsidi untuk beberapa kode pakan ini telah berjalan sejak Jumat (25/8) kemarin, dan GUPBI Bali berkeinginan untuk menjalin komunikasi dengan pabrik swasta lainnya.
Namun lebih jauh, organisasi peternak babi di Bali ini ingin harga pakan turun, karena konsep subsidi diperkirakan tidak bisa berlangsung dalam jangka waktu lama.
“Kalau subsidi kan sifatnya sementara, kita berharap panjang, siapa tahu sampai harga bahan baku normal dan minta koreksi siapa tahu bisa diturunkan bukan disubsidi,” ujar Hari.
Yang menjadi kekuatiran GUPBI Bali adalah ketika subsidi harga pakan dicabut oleh pabrik dan pemerintah daerah belum dapat membantu dalam mengangkat harga jual babi, ini berpotensi menurunkan minat rakyat dalam beternak.
“Kita lebih utamakan konsolidasi dengan masyarakat peternak, kalau harga tak kunjung membaik akan ada upaya kita berkomunikasi dengan gubernur, dengan saya didampingi ratusan peternak,” kata dia.
Upaya mencari bantuan dari pabrik pakan ini dilakukan sebagai solusi sementara untuk mengurangi biaya produksi setelah banyaknya keluhan peternak soal harga jual babi hidup yang terus menurun.
Peternak menginginkan setidaknya harga babi hidup di angka Rp40 ribu per kilogram atau setara dengan harga pokok produksi, sementara saat ini di pasaran harganya justru Rp35 ribu-Rp37 ribu sehingga belum memenuhi harapan peternak rakyat.