Denpasar (ANTARA) - Ketua Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali Ketut Hary Suyasa menyebut harga daging babi turun semenjak munculnya kasus meningitis dengan varian yang sedang ramai yaitu Meningitis Streptococcus Suis (MSS).
"Nggih harga daging babi turun, (penurunan) Rp7.000 sejak dua minggu terakhir, sama di seluruh Bali," kata Hary di Denpasar, Kamis.
Hary menyebut mulanya daging babi di Bali merata di harga Rp40 ribu per kilogram, dan hingga hari ini harganya turun menjadi Rp33 ribu per kilogram di pasaran sebagai dampak dari adanya suspek meningitis.
Menurut dia, harga daging babi yang anjlok ini kondisinya persis ketika munculnya wabah, padahal penyakit meningitis yang sedang terjadi di Bali saat ini tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh babi.
Hary menekankan agar masyarakat tidak takut mengonsumsi daging babi, asalkan memastikan babi dalam kondisi sehat dan dimasak di atas titik didih.
Baca juga: Dinas Kesehatan Provinsi Bali catat 38 orang dirawat karena meningitis
"Benar (tidak semua meningitis karena daging babi), jangan takut konsumsi daging babi. Babi bukan satu-satunya penular meningitis, semua daging jika terkontaminasi bakteri atau virus meningitis bisa menularkan meningitis jika tidak diolah dengan benar," tuturnya.
Kepala Dinas Kesehatan Bali I Nyoman Gede Anom dalam keterangannya juga menyampaikan hal serupa, yaitu agar masyarakat mengolah makanan dengan benar, yaitu dimasak di atas suhu 80 derajat selsius.
Anom menjelaskan meningitis memiliki banyak jenis seperti disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, parasit, dan non-infeksi, kemudian untuk meningitis bakteri penyebabnya bisa dari hemophilus influenzae, streptococcus pneumoniae, dan neisseria meningitides.
"Meningitis yang ramai diberitakan saat ini karena berhubungan dengan risiko konsumsi olahan babi yang tidak dimasak. Kondisi ini terjadi karena bakteri Streptococcus ditemukan di daging dan darah babi yang mentah, dan bila itu dikonsumsi tanpa dimasak sempurna seperti pada lawar plek akan menyebabkan terjadinya proses infeksi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang," jelasnya.
Baca juga: Virus ASF jadi penyebab 500 ribu ternak babi di NTT mati
Dengan demikian ia menegaskan bahwa tidak semua meningitis disebabkan oleh konsumsi daging babi, pun juga Dinkes Bali masih melihat kasus per kasus melalui uji laboratorium.