Denpasar (ANTARA) - Gabungan Usaha Peternakan Babi Indonesia (GUPBI) Bali memberi usulan ke pemerintah daerah untuk menetapkan harga terendah untuk babi hidup.
Ketua GUPBI Bali I Ketut Hari Suyasa di Denpasar, Sabtu, mengatakan hal ini penting lantaran empat bulan terakhir harga babi anjlok hingga Rp35.000-Rp37.000 per kilogram bahkan ketika puncak hari raya.
“Kita (peternak babi) mencoba mengomunikasikan itu, nah hasil kesepakatannya kita sepakat kalau pemerintah harus menentukan harga terendah,” kata dia kepada Antara.
Besaran harga terendah menurut dia harus sesuai dengan harga pokok produksi dari peternak rakyat, bukan peternak besar karena ini ditujukan untuk menolong peternak kecil.
Nominal yang sesuai menurut GUPBI Bali adalah Rp40.000 per kilogram babi hidup, sehingga jika ini ditetapkan maka dapat mempertahankan semangat beternak masyarakat.
“Ini kita harapkan sehingga pasar terbentuk sehat, di saat situasi tidak baik seharusnya intervensi pemerintah jadi hal penting. Komunikasi kita ke dinas pertanian sudah sering hampir setiap bulan tapi dinas belum bisa melakukan tindakan strategis, dia minta kita komunikasi dengan gubernur,” ujar Hari.
Mereka berharap mendapat kesempatan bertemu Gubernur Bali Wayan Koster untuk menyampaikan masukan, karena saat ini permintaan babi ke luar Bali tinggi namun nilai jualnya justru rendah.
“Di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi sampai hari ini virus ASF merajalela, artinya wilayah yang kemarin surplus babi sekarang malah kurang sedangkan konsumen masih ada. Ini potensi semua wilayah di Indonesia mau ambil babi (di Bali) sementara Bali tidak berani beternak karena harga kacau,” kata dia.
Jika ini tak segera dikendalikan maka prediksi GUPBI Bali empat bulan mendatang terjadi lonjakan harga mencapai Rp50.000 per kilogram babi hidup.
Argumen tersebut didukung dengan mulai jatuhnya harga bibit babi hingga Rp500 ribu-Rp600 ribu per 10 kilogram, sementara harga pokok produksinya Rp800 ribu-Rp900 ribu dengan berat yang sama.
“Dalam sejarah belum pernah ada penetapan harga terendah babi, inilah yang kita harapkan agar pemerintah melakukan upaya penyelamatan sehingga animo masyarakat tumbuh lagi dan tidak akan terjadi kepanikan jual beli babi di tingkat konsumen,” kata Hari.