Denpasar (ANTARA) - Perusahaan asuransi jiwa Generali Indonesia berpeluang menjaring sekitar 20.000 peserta kompetisi maraton dan rangkaiannya di sejumlah kota di Tanah Air untuk terproteksi kesehatan dan jiwa guna menekan biaya medis.
“Kami komunikasi kepada pelari tentang gaya hidup sehat, kami ajak agar punya asuransi,” kata Chief Marketing Officer Generali Indonesia Vivin Arbianti Gautama saat ajang lari persahabatan di Denpasar, Bali, Minggu.
Ia merinci sekitar 10 ribu peserta maraton di Borobudur, Jawa Tengah terproteksi asuransi jiwa dan 10 ribu lainnya berpotensi mendaftar untuk mendapatkan proteksi kesehatan dan jiwa saat mengikuti ajang lari persahabatan menjelang maraton di Magelang yang diadakan pada 19 November 2023.
Perlindungan itu mencakup asuransi dari potensi kecelakaan, perawatan di rumah sakit hingga meninggal dunia.
Ada pun ajang lari persahabatan jelang maraton di Borobudur diadakan di 10 kota di Tanah Air dengan masing-masing peserta mencapai sekitar 1.000 orang termasuk di Denpasar, Bali.
Upaya itu dilakukan untuk mengkampanyekan pentingnya perlindungan asuransi jiwa kepada masyarakat.
Pasalnya, biaya medis di Indonesia diperkirakan mengalami kenaikan mencapai 13,6 persen tahun 2023 berdasarkan data salah satu konsultan kesehatan internasional, Mercer Marsh Benefits.
Proyeksi itu menempatkan biaya kesehatan di Indonesia menjadi yang tertinggi di atas rata-rata negara di kawasan Asia sebesar 11,5 persen.
Biaya kesehatan tersebut, kata Vivin, terkonfirmasi dari besaran pembayaran klaim kesehatan terutama setelah pandemi COVID-19.
“Waktu pandemi, klaim kematian tinggi. Kena COVID itu ditanggung pemerintah, kami cakup juga tapi begitu COVID selesai, yang tadinya menunda ke rumah sakit, sekarang mulai banyak mengakses layanan medis,” katanya.
Selama periode Januari-Juni 2023 total pembayaran klaim di perusahaan ini mencapai Rp528,3 miliar untuk lebih dari 121 ribu kasus klaim, realisasi yang sama pada 2022.
Sedangkan pada 2021, lanjut dia, jumlah pembayaran klaim mencapai Rp1 triliun akibat dampak COVID-19.