Denpasar (ANTARA) - PT Pertamina (Persero) mengusut aduan masyarakat terkait dugaan penyimpangan distribusi elpiji bersubsidi di Denpasar, Bali, karena rantai pasok yang terputus antara pengecer dan pangkalan terdekat.
“Itu seharusnya secara aturan tidak ada karena supply chain jelas, dari agen ke pangkalan kemudian ke pengecer, ini harus kami rapikan juga,” kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat memantau distribusi elpiji bersubsidi di Denpasar, Minggu.
Ia pun mengajak apabila masyarakat menemukan dan mengetahui ada praktik menyimpang terkait distribusi elpiji bersubsidi dapat melaporkan melalui nomor 135 untuk ditindaklanjuti.
Apabila ada pangkalan atau agen yang menjual tidak sesuai peruntukannya atau menjual elpiji bersubsidi di atas harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah daerah, ia akan menindak agen dan pangkalan itu.
“Tentu kami akan tindak, kami kurangi atau kami stop izinnya dan sebagainya,” ucapnya.
Sementara itu, saat Pertamina melakukan inspeksi di salah satu pangkalan elpiji bersubsidi di Jalan Nangka Nomor 113 Denpasar, Kepala Banjar (Dusun) Uma Sari Jalan Nangka Selatan Denpasar Brahmanta Putra mengadukan aspirasi warganya terkait terbatasnya pasokan elpiji subsidi kepada Dirut Pertamina secara langsung.
“Pedagang menyampaikan kepada saya, kadang tidak dikasih beli di sini,” kata Brahmanta Putra.
Warganya pun mengeluhkan tidak dapat membeli gas elpiji bersubsidi karena ketersediaan kosong di pengecer terdekat dari rumah mereka.
Sedangkan keberadaan toko pengecer itu, kata dia, hanya berjarak sekitar 30 meter dari pangkalan elpiji tersebut.
Terkait aduan itu, Nicke meminta pengecer mengambil pasokan di pangkalan terdekat untuk memastikan stok kepada masyarakat terjaga.
“Kalau tidak mengikuti mekanisme yang ada akan kesulitan seperti tadi ketika yang memasok tidak ada, barang kosong. Jadi memang sudah secara sistem pengecer itu ambil dari pangkalan dan harganya sesuai HET,” kata Nicke.
Ada pun HET di Bali untuk elpiji ukuran tiga kilogram mencapai Rp18 ribu per tabung sesuai Peraturan Gubernur Bali Nomor 63 tahun 2022.
Sementara itu, ia juga menyebutkan pasokan elpiji ukuran tiga kilogram secara nasional melimpah karena per Minggu (30/7) yang sudah terisi gas mencapai satu juta tabung.
“Jadi kalau setahun itu delapan juta tabung, sedangkan hari ini saja satu juta, itu sangat aman,” katanya.
Berdasarkan data Pertamina Patra Niaga Wilayah Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara, konsumsi rata-rata harian untuk produk elpiji subsidi ukuran tiga kilogram di Bali mencapai 264 ribu tabung.
Pada Rabu (26/7), Pertamina menambah pasokan elpiji bersubsidi itu secara bertahap mencapai 368.480 tabung atau sekitar 139 persen dari rata-rata penyaluran harian elpiji berbentuk melon itu di Bali.