Kuta, Bali (ANTARA) - Juru Bicara Misi Amerika Serikat (AS) untuk Urusan Publik ASEAN Jason D Seymour menilai generasi muda Indonesia memiliki perspektif global yang berpotensi mendukung pembangunan, termasuk di kawasan Asia Tenggara.
“Ini kesempatan yang besar. Generasi muda Indonesia dan seluruh dunia kini tumbuh dengan lingkungan baru media sosial, mereka saling terkoneksi dengan negara lain,” kata Seymour di sela lokakarya akademi kepemimpinan perempuan muda ASEAN di Kuta, Bali, Kamis.
Ada pun jumlah populasi generasi muda di Indonesia yang diperkirakan akan tumbuh signifikan, atau yang disebut dengan bonus demografi, berpotensi mendorong pembangunan negara.
Untuk itu, lanjut dia, peningkatan wawasan, keterampilan hingga kebutuhan informasi menjadi penting bagi generasi muda.
“Sekarang banyak generasi muda yang membutuhkan informasi. Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat sama-sama menyadari itu dan kami mencari kesempatan untuk membantu memenuhi mimpi dan mengembangkan visi mereka,” imbuhnya.
Dia menambahkan pihaknya memandang Indonesia sebagai salah satu mitra utama dalam membangun kapasitas generasi muda.
Salah satu kegiatan peningkatan kapasitas yang dilaksanakan Misi AS untuk ASEAN adalah akademi kepemimpinan perempuan muda di ASEAN dan Timor Leste yang diadakan di Kuta, Bali, 1-5 Mei 2023.
Baca juga: ICMI siap cetak generasi "digital leadership" di Bali
Akademi kepemimpinan perempuan itu merupakan bagian program inisiatif pemimpin muda Asia Tenggara (YSEALI), yang diikuti 55 perempuan muda di ASEAN.
Melalui wadah itu, perempuan muda di Asia Tenggara termasuk Indonesia mendapatkan pelatihan dalam mengatasi krisis dan tantangan iklim mulai dari lingkungan, ekologi, energi dan keadilan.
“Indonesia adalah mitra kolaboratif dengan AS untuk memastikan semua program kepemudaan terlaksana,” ujarnya.
Sebelumnya, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyebutkan bahwa pada 2030-2040 Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi.
Bonus demografi adalah jumlah penduduk usia produktif, yakni usia 15-64 tahun, lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif -- berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun.
Pada periode itu, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diperkirakan mencapai sekitar 297 juta jiwa.
Untuk dapat memetik manfaat maksimal dari bonus demografi itu, ketersediaan sumber daya manusia usia produktif yang melimpah harus diimbangi dengan peningkatan kualitas dari sisi pendidikan, keterampilan termasuk dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja.