Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma’ruf Amin menilai sektor ekonomi dan keuangan syariah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ekonomi konvensional, sehingga mampu bertahan di tengah adanya berbagai tantangan global.
Hal itu disampaikan Wapres dalam sesi wawancara wawancara dalam Program Economic Challenges Spesial Ramadan Tahun 2023 di stasiun televisi swasta Metro TV, Selasa malam, yang siaran persnya diterima dari Biro Pers, Media dan Informasi (BPMI) Sekretariat Presiden.
“Sebenarnya (ekonomi dan keuangan syariah) bukan tidak terpengaruh, hanya memang tidak serentan ekonomi konvensional. Sebenarnya ada hal-hal (keunggulan) yang dimiliki oleh ekonomi dan keuangan syariah itu, yaitu pertama, mengedepankan prinsip keadilan,” ujar Wapres.
Wapres mengungkapkan bahwa di dalam ekonomi dan keuangan syariah, beban ditanggung bersama sehingga keuntungan dan risiko juga dibagi bersama. Selain itu sektor ekonomi dan keuangan syariah tidak menggunakan prinsip spekulasi yang rentan akan ketidakpastian.
“Ekonomi syariah itu tidak ada spekulasi, tidak ada yang membuat bahaya atau merugikan orang lain. Tidak ada spekulasi, tidak ada riba, dan tidak ada beban yang tidak perlu sehingga ekonomi syariah itu bisa (bertahan),” kata Wapres.
Sedangkan dari sisi keterlibatan, menurut Wapres, ekonomi syariah mampu merangkul semua kalangan, sebab meskipun menggunakan prinsip yang diambil dari dasar ajaran Islam, ekonomi syariah diperuntukkan bagi semua orang.
“Ekonomi syariah juga ekonomi yang inklusif, artinya bukan hanya untuk orang Islam saja, ini bisa untuk semua orang. Oleh karena itu, tidak heran bahwa ekonomi syariah itu pelaku usahanya juga tidak hanya orang Islam,” tuturnya.
Lebih jauh Wapres juga menekankan bahwa faktor yang turut berperan dalam peningkatan sektor ekonomi dan keuangan syariah nasional adalah besarnya minat pasar global akan sektor ekonomi syariah, tidak terkecuali di sejumlah negara yang bukan mayoritas Muslim.
“Mulai bergeraknya minat global yang juga mulai menggandrungi ekonomi dan keuangan syariah, seperti di beberapa negara. Korea, misalnya, mereka juga menggerakkan farmasi yang halal, produk-produk halal, juga saya lihat di Taiwan dan China. Ini semua, seolah menjadi semacam tren global,” jelasnya.
Wapres juga menjelaskan bahwa pengalaman di masa pandemi turut berpengaruh terhadap peluang ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, sehingga hal ini dapat dijadikan pembelajaran untuk terus mengembangkan sektor ini.
“Pelajaran itu diambil dari adaptasi terhadap digitalisasi dan perkembangan teknologi informasi, karena kedua hal tersebut memang menjadi kunci pelayanan kebutuhan masyarakat," ujar dia.
Oleh karena itu, ekonomi dan keuangan syariah pun tidak bisa hanya bertahan dengan menggunakan atau mengembangkan adaptasi terhadap digitalisasi.
Waores menambahkan tidak hanya itu pandemi memberikan kesempatan bagi pemangku kepentingan untuk bekerja sama.
Upaya tersebut, patut dilakukan agar pemerintah dan pelaku ekonomi dapat tetap bertahan menghadapi berbagai tantangan.
Adanya tantangan pandemi akhirnya ada rasa, wah ini perlu dibangun kolaborasi untuk bisa bertahan dan bisa baik, yaitu antara regulator, pelaku usaha, kemudian juga organisasi kemasyarakatan.
"Bahkan seperti kalau di kita itu ada MES (Masyarakat Ekonomi Syariah), ada IAEI (Ikatan Ahli Ekonomi Islam), dan juga Dewan Syariah Nasional dari Majelis Ulama (Indonesia),” jelasnya.