Medan (Antara Bali) - Pemerintah dinilai perlu mengkampanyekan gerakan mengkonsumsi makanan tradisional seperti makan singkong, jangung dan sagu demi menjaga kemandirian dan ketahanan pangan, sehingga tidak terlalu bergantung kepada beras.
"Kemandirian dan ketahanan pangan perlu dipertahankan dengan gerakan budaya seperti kampanye makan singkong, jagung, sagu dan lainnya yang merupakan kearifan lokal berbasis cultural dan budaya bangsa," kata Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Tadjuddin Noer Effendi di Medan Kamis.
Ia mengatakan belakangan ini, ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan mengalami kerentanan karena mudah terimbas pengaruh gejolak fluktuasi harga di pasar internasional dan perubahan iklim.
Untuk tetap menjamin terpenuhinya hak pangan maka dalam menghadapi kerentanan perlu dipikirkan kebijakan yang komprehensif berbasis pada budaya bangsa dengen mengedepankan sumberdaya, keanekaragaman, pengetahuan dan kearifan lokal.
Kebijakan itu harus dapat melindungi dan membangun budaya bangsa yang telah diwariskan oleh leluhur secara turun temurun. Keanekaragaman pangan yang telah terbukti dapat membantu dalam menjaga kelestarian budaya , dan ketahanan pangan perlu dipertahankan dengan gerakan budaya seperti kampanye makan makanan tradisional.
"Memang tidak mudah mengubah budaya masyarakat, apalagi yang telah terimbas budaya asing, tetapi dengan kemauan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, kemungkinan keberhasilan akan lebih muda dicapai," katanya. (LHS/T007)
Kampanye Konsumsi Makanan Tradisional
Kamis, 29 November 2012 15:13 WIB