Oleh I Ketut Sutika
Denpasar (Antara Bai) - Hasil industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Bali menjadi tulang punggung ekspor non migas, karena mampu memberikan kontribusi sebesar 77 persen dari total perolehan devisa.
Namun beberapa jenis matadagangan hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin dan seniman Pulau Dewata mengalami kemerosotan dalam beberapa tahun belakangan ini.
Salah satu mata dagangan hasil industri kecil dan kerajinan rumah tangga dari Bali yang semakin lesu di pasaran ekspor adalah kerajinan keramik yang ditekuni perajin di sejumlah sentra pengembangan di Pulau Dewata.
Anak Agung Ngurah Oka (77), yang juga mantan dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Udayana adalah seorang perajin keramik yang andal, karena memiliki segudang pengalaman dari menekuni seni olah tanah liat dan industri keramik secara otodidak sejak tahun 1970-an.
Pria kelahiran Desa Kapal, Kabupaten Badung 3 Maret 1935 dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana menggeluti usaha keramik selama hampir setengah abad, pernah mengalami masa kejayaan pada era tahun 1980, karena banyaknya pesanan yang diterima dari pencintanya di mancanegara.
Sosok pria yang berpenampilan sederhana itu dari segi usia terbilang cukup sepuh, namun mempunyai semangat, dedikasi dan pengabdian yang tinggi dengan menawarkan gagasan-gagasan yang memungkinkan seni cipta keramik Bali kembali mampu tampil dan bersaing di pasaran mancanegara.
Hal itu dilakukan atas dasar keterampilan, pengalaman dan wawasan yang dimiliki dalam meningkatkan mutu dan daya saing kerajinan keramik, dengan harapan mampu memberikan andil dalam meningkatkan ekspor non migas Bali.
Ngurah Oka dengan peralatasan yang sangat sederhana membuat usaha kerajinan keramik di desa kelahirannya Desa Kapal, 18 km utara Denpasar dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana.
Dalam mengembangkan usahanya itu merasa tidak puas dengan karya seni yang dibuatnya, lalu melakukan studi pembuatan tungku (oven) sekaligus belajar keramik ke West Australia Institute of Technology di Perth, Australia tahun 1972.
Atas dukungan pihak sponsor saat masih aktif menjadi dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Udayana yang sejak tahun 2003 bergabung dengan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar hingga melahirkan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Sosok Ngurah Oka beberapa tahun kemudian juga mendapat kesempatan belajar untuk mendalami kerajinan keramik ke Bendigo Pottre and Burwood Collage di Victorio.
Dari hasil studinya ke luar negeri itu mampu menghasilkan cindera mata keramik dengan corak yang khas, unik dan menarik, berkat kemampuannya memadukan bentuk-bentuk keramik Bali dengan keramik negara lain.
Berikan pelatihan
Sosok Ngurah Oka yang mampu mengembangkan industri kramik Bali hingga cukup dikenal mancanegara pada era tahun 1980 sering mendapat kesempatan untuk memberikan pelatihan mengenai keramik ke berbagai daerah di Indonesia.
Kepercayaan untuk memberikan pelatihan juga pernah diembannya ke Los Angeles, Amerika Serikat dan Niciarita Fukoka, Jepang, disamping dirangkul oleh Dinas Perindustrian Bali untuk memberikan pelatihan di sentra pengembangan industri keramik di Pulau Dewata.
Belasan karya seni kramik yang dihasilkan pernah dipamerkan di Bentara Budaya Jakarta dan Yogyakarta, termasuk menyuguhkan kerajinan interior desain Indonesia.
Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar menampilkan sosok Ngurah Oka sebagai pembicara tunggal dalam workshop kramik Bali dengan melibatkan belasan seniman, perajin dan pencinta kramik Bali.
Juwitta K. Lasut, staf BBB yang juga panitia kegiatan tersebut menjelaskan workshop kramik yang digelar pekan ini selain sebagai ajang berbagi pengalaman penciptaan karya seni kramik juga bertujuan sebagai dialog yang merunut jejak dunia keramik Bali serta sejarah perkembangannya.
Melalui kegiatan itu mengkolaborasikan seni rupa dan keramik antara para perupa Bali dengan Ngurah Oka yang mempunyai semangat tinggi dalam berkarya dengan menawarkan gagasan-gagasan yang memungkinkan seni cipta keramik hadir sebagai keseharian masyarakat.
Upaya itu ke depan diharapkan mampu memberikan dampak positif dalam meningkatkan ekspor kerajinan keramik hasil sentuhan perajin Bali, mengingat kondisi dalam beberapa tahun belakangan pengiriman matadagangan tersebut merosot.
Nilai ekspor keramik hasil sentuhan perajin Bali hanya senilai 417.583 dolar AS selama tujuh bulan periode Januari-Juli 2012, merosot 67,32 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,27 juta dolar AS.
Demikian pula dari segi volume berkurang 82,31 persen dari 709.862 unit selama kurun waktu Januari-Juli 2011 menjadi 125. 573 unit pada kurun waktu yang sama 2012.
Dengan adanya motivasi dan dukungan dari Ngurah Oka diharapkan perajin keramik Bali kembali bangkit untuk membuat karya-karya seni keramik yang unik dan menarik sehingga mampu menguasai pasaran ekspor, harap Juwitta K. Lasut.
Anak Agung Ngurah Oka berkat jasa, dedikasi dan pengabdiannya itu mendapat penghargaan Bentara Budaya Aword (BBA). Penghargaan itu diberikan kepada dua seniman Bali yang dinilai sebagai penggerak kesenian dan kegiatan budaya di pelosok tanah air.
Pimpinan Bentara Budaya Bali, Warih Wisatsana menjelaskan, penghargaan itu diserahkan di Bentara Budaya Jakarta bersamaan dengan pelukis Ni Nyoman Tanjung pada Rabu malam (26/9).
Pada saat itu diserahkan sepuluh penghargaan BBA, dua diantaranya seniman dari Bali dan delapan orang lainnya berasal dari sejumlah daerah di Indonesia yang dinilai berjasa dalam memajukan pengembangan kesenian, budaya dan usaha ekonomi kreatif di Indonesia, ujar Warih Wisatsana.(*/ADT/T007)