Surabaya (ANTARA) - Sudah sebulan terakhir I Ketut Sutawijaya memegang kembali kemudi mobilnya, mengulang aktivitas yang pernah dia lakukan sekitar dua tahun lalu, yakni menjadi sopir salah satu aplikasi daring.
Dia mengaku senang, senyum merona tergambar dari wajahnya ketika bercerita terkait aktivitasnya yang kini sudah kembali normal, yakni mengantarkan penumpang dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai ke berbagai tujuan dan lokasi di Pulau Bali.
Pelan tapi pasti, pendapatan ekonominya sebagai sopir daring berjalan mengarah ke normal, dengan mengangkut penumpang antara 5 sampai 15 kali perjalanan dari bandara dalam sehari.
Apalagi ketika ada kegiatan berskala nasional dan internasional yang dipusatkan di Pulau Dewata. Dia bahkan mengaku kewalahan mengantar, karena banyaknya penumpang dari bandara menuju lokasi kegiatan tersebut.
"Iya mas, kemarin sempat ada pertemuan bupati dan wali kota di sini, dan saya mengantarkan sampai larut malam. Artinya, sudah seperti normal tidak pandemi lagi," kata Sutawijaya yang tergabung dalam keanggotaan Astakara Wira Bali Tours itu.
Sejak pandemi melanda Bali, aktivitas Sutawijaya sebagai sopir daring sempat terhenti total. Ia meletakkan kemudi dan beralih menjadi petani di desa, karena sepinya aktivitas penumpang di bandara, sebab tidak pernah mengangkut penumpang selama beberapa bulan.
Namun pria yang sudah sepuluh tahun lebih menjalani profesi sebagai sopir daring bandara itu percaya bahwa "badai pasti berlalu".
Baca juga: Tanpa takut tertular, pengemudi taksi daring itu antar pasien COVID-19
Dan hal itu terlihat sejak dua bulan terakhir, aktivitas Pulau Seribu Pura tersebut kembali menggeliat, tampak beberapa kunjungan wisatawan domestik dan internasional telah memenuhi bandara.
Sementara Iman, yang memiliki profesi sama dengan Sutawijaya sebagai sopir daring mengakui hal yang sama. Pria asal Nusa Tenggara Timur (NTT) ini mangkalnya tidak seperti Sutawijaya yang ada di dalam kawasan bandara, namun di luar bandara.
Ia mengakui kini aktivitas warga Bali khususnya di Kota Denpasar mulai terlihat normal, bahkan dalam sehari dia bisa mengantarkan 10 hingga 15 penumpang.
Hal ini berbeda dengan dulu yang hanya menerima pendapatan Rp16 ribu dalam sehari, atau hanya mengantarkan sekali penumpang.
Kemudahan Penerbangan
Kembalinya geliat ekonomi Pulau Dewata itu tidak lepas dari dukungan kemudahan perjalanan pesawat terbang dari dan menuju Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Ketika penumpang mendaratkan kaki pada Senin (28/3) 2022 pukul 19.00 WIB dari penerbangan Bandara Internasional, Juanda Sidoarjo, Jatim, sejumlah syarat penerbangan tampak tidak sesulit saat pandemi.
Penumpang hanya diminta mengisi menu "EHAC" yang ada di dalam aplikasi PeduliLindungi, selanjutnya penerbangan berlangsung normal seperti saat sebelum pandemi.
Baca juga: Industri kreatif di Bali promosi lewat peragaan busana daring
Dalam menu itu penumpang yang telah melakukan vaksin dua kali sudah dinyatakan layak terbang menggunakan transportasi pesawat. Hal ini berbeda ketika saat pandemi, yang meminta setiap penumpang untuk tes PCR.
"Alhamdulillah sudah sangat mudah dan lancar, tidak seperti sebelumnya," kata Indra Setiawan, salah satu penumpang pesawat Lion Air JT 920 yang melakukan penerbangan bersama dari Juanda ke Bali.
Kemudahan itu mengacu pada Surat Edaran Kementerian Perhubungan Nomor 21 Tahun 2022 tentang Petunjuk Pelaksanaan Orang Dalam Negeri dengan Transportasi Udara pada Masa Pandemi COVID-19.
Kebijakan itu meniadakan syarat hasil tes antigen/PCR bagi pelaku perjalanan domestik yang sudah memperoleh vaksinasi dosis lengkap.
Namun, bagi pelaku perjalanan domestik yang hanya mendapatkan vaksinasi dosis pertama, wajib menunjukkan hasil tes RT-PCR negatif yang sampelnya diambil dalam kurun waktu 3 x 24 jam atau rapid test antigen negatif yang sampelnya diambil dalam kurun waktu 1 x 24 jam sebelum keberangkatan.
Penumpang dengan kondisi khusus atau penyakit komorbid yang menyebabkan tidak dapat menerima vaksin, diwajibkan menunjukkan hasil tes RT-PCR negatif yang sampelnya diambil dalam kurun waktu 3 x 24 jam atau rapid test antigen negatif yang sampelnya diambil dalam kurun waktu 1 x 24 jam.
Ditambah sebelum keberangkatan dan wajib melampirkan surat keterangan dokter dari Rumah Sakit Pemerintah, yang menyatakan bahwa yang bersangkutan belum dan/atau tidak dapat mengikuti vaksinasi COVID-19.
Menuju Endemi
Dengan adanya kemudahan itu membuat arus penumpang pesawat udara yang datang maupun berangkat melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai pada Maret 2022 naik 56 persen jika dibandingkan Februari 2022.
Berdasarkan data PT Angkasa Pura I Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai pada Maret 2022, bandara itu mencatatkan capaian sebanyak 605.133 penumpang dan 4.774 pergerakan pesawat udara.
Capaian itu merupakan catatan penerbangan domestik maupun internasional yang telah beroperasi kembali. Perbandingannya, jika dibandingkan periode Februari 2022 untuk penumpang naik 56 persen dan pergerakan pesawat udara naik 30 persen.
Kenaikan itu dipengaruhi sejumlah faktor, di antaranya pelonggaran persyaratan penerbangan serta sejumlah kegiatan internasional seperti gelaran MotoGP yang dilaksanakan di Lombok.
Baca juga: Tren jual-beli secara daring selama 2021 didominasi UMKM
Tiga rute keberangkatan yang mendominasi di Bandara Bali pada Maret 2022 di antaranya adalah rute Jakarta dengan 164.790 orang penumpang, Surabaya 40.544 penumpang dan Ujung Pandang orang 22.267 penumpang.
Sedangkan jumlah penumpang harian terbanyak yang dilayani tercatat pada penerbangan domestik yaitu 26.335 orang penumpang pada 25 Maret 2022 dan untuk penerbangan internasional 1.979 penumpang pada 28 Maret 2022.
Kenaikan itu selaras dengan upaya pemerintah mendorong ekonomi kembali bergeliat usai dihantam pandemi, dengan menyiapkan konsep peralihan dari pandemi menuju endemi melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19.
Endemi dalam kamus epidemiologi artinya infeksi dalam suatu populasi yang terus-menerus bertahan pada tingkat dasar di wilayah geografis tertentu tanpa masukan eksternal.
Konsep itu akan dilakukan jika tidak ada peningkatan kasus setelah libur Idul Fitri 1443 H/Lebaran 2022. Meski tetap harus berhati-hati dan waspada, lantaran banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk memutuskan hal tersebut.
Semua berharap, agar konsep itu bisa segera diterapkan setelah libur Idul Fitri 1443 Hijriyah , sehingga Bali dan seluruh wilayah Indonesia kembali normal dan bisa tersenyum kembali.
Senyum Bali sambut endemi
Oleh A Malik Ibrahim Jumat, 8 April 2022 18:12 WIB