Denpasar (Antara Bali) - Selama Tahun 2009, Dinas Perkebunan Provinsi Bali mengembangkan tanaman kapas pada lahan-lahan kritis seluas 800 hektare.
Pengembangan tersebut menjangkau tiga kabupaten yang meliputi Buleleng 494 hektare, Jembrana 97 hektare dan Karangasem 194 hektare, kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali Ir Made Sudharta, MS, di Denpasar, Sabtu.
Ia mengemukakan, pengembangan tanaman kapas tersebut termasuk di antaranya membuat proyek percontohan seluas lima hektare.
Proyek percontohan tersebut dibangun di Kabupaten Buleleng dan Karangasem masing-masing dua hektare dan Jembrana satu hektare.
"Penanaman tersebut sedang dalam persiapan sambil menunggu musim hujan yang diharapkan bisa terealisasi pada bulan Desember 2009," ujar Made Sudharta.
Bali memiliki lahan kritis yang cocok untuk pengembangan komoditas kapas sekitar 23.000 hektare yang hingga kini belum dimanfaatkan secara maksimal.
Tanaman kapas yang ada di Bali hingga kini tercatat 1.400 hektare, 742,7 hektare diantaranya merupakan tanaman produksi yang sudah menghasilkan dan 658 hektare tanaman muda.
Produksi kapas setiap tahunnya mencapai lebih dari seratus ton, hampir seluruhnya diperdagangkan antarpulau untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri pabrik sandang dan alat kecantikan di Pulau Jawa.
Tanaman kapas di Bali hanya terdapat di tiga kabupaten, masing-masing Klungkung 300 hektare, Buleleng 800 hektare dan Karangasem 300 hektare.
Perkebunan kapas tersebut melibatkan 2.099 kepala keluarga menampung 127.427 hari orang kerja. Selain tanaman kapas, Bali juga memiliki 1.118 hektare tanaman kapuk, 863,9 hektare di antaranya tanaman produktif menghasilkan 120,9 ton selama tahun 2008.
Matadagangan tersebut juga diperdagangkan antarpulau ke Jawa untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri sandang.
Bali sendiri tidak memiliki pabrik yang memproduksi benang maupun sandang. Hanya sebagian kecil kapuk yang dihasilkan itu untuk bahan baku pembuatan kasur dan bantal, tutur Made Sudharta.(*)