Denpasar (ANTARA) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Made Mangku Pastika mengajak tokoh dan pelaku pariwisata di Bali untuk tetap optimistis menghadapi pandemi COVID-19 dan sekaligus terus berupaya mencari solusi untuk bisa segera bangkit kembali.
"Kita tidak boleh bermimpi terus dan jangan lagi menyalahkan kesana kemari, percuma itu," kata Pastika saat berbincang dengan tokoh pariwisata Bali, di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, masyarakat Bali yang sudah telanjur menggantungkan pada pariwisata, tidak akan mudah pula jika diminta beralih ke sektor lain.
"Jika tetap pada pariwisata, arah besarnya pariwisata seperti apa yang disepakati, sehingga kita bisa segera menyiapkan," ucap mantan Gubernur Bali dua periode itu.
Baca juga: DPD: Wisatawan enggan ke Bali kalau sampah menumpuk
Pastika mengatakan, dengan ataupun tanpa bantuan pemerintah, pelaku pariwisata di Bali harus berupaya mencari cara yang harus dilakukan dalam jangka pendek maupun jangka menengah dalam mengatasi berbagai persoalan kepariwisataan yang ada.
Pandemi COVID-19 yang telah menyebabkan anjloknya jumlah kunjungan wisatawan ke Bali, tak saja berdampak menimbulkan kerusakan berbagai akomodasi pariwisata karena kendala biaya perawatan, juga mengakibatkan SDM pariwisata yang andal kehilangan mata pencaharian.
Anggota Komite 2 DPD itu pun memberikan masukan agar pelaku pariwisata di Bali juga bisa mencari peluang tak hanya di daerah sendiri, tetapi juga melirik peluang dari luar Bali.
"Pemerintah pusat pun sangat berkepentingan agar pariwisata Bali bisa bangkit dengan berbagai kebijakan dan program yang berpihak pada Bali," ujar Pastika.
Baca juga: Wagub Bali sampaikan strategi pariwisata 2022
Sementara itu, sejumlah tokoh pariwisata Bali yang hadir dalam kesempatan tersebut menyampaikan usulan, saran, maupun sejumlah persoalan di tengah upaya untuk membangkitkan pariwisata Bali.
Seperti yang disampaikan I Nyoman Kertya, sesepuh Himpunan Pramuwisata Indonesia Bali. Meskipun "open border" telah dibuka, namun wisatawan mancanegara masih kesulitan untuk berkunjung ke Bali karena ruwetnya untuk mendapatkan visa dan terbatasnya akses penerbangan langsung.
"Demikian pula ketika bicara arah pariwisata Bali yang berkualitas, bagaimana pula dengan akomodasi wisata yang sudah sedemikian banyaknya dibangun di Bali?," ucapnya pada acara yang dihadiri oleh lebih dari 20 tokoh pariwisata Bali itu
Agus Maha Usadha, Ketua Nawa Cita Pariwisata Indonesia Bali mengatakan sudah saatnya kita harus berani mengkaji pariwisata ke depan sesuai dengan potensi yang dimiliki Bali dan dicari solusi jangka pendek maupun menengahnya.
"Persoalan berat yang dihadapi pelaku pariwisata saat ini terkait beban operasional dan tanggung jawab terhadap nasib para karyawan," ucapnya.
Baca juga: Komisi VIII DPR kunjungi kawasan ekowisata "Teba Majelangu" di Kertalangu-Denpasar
Akademisi dari Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Dr Nyoman Sunarta mengatakan Bali seharusnya bisa menangkap peluang dari pelaksanaan Presidensi G20 pada 2022 dan jangan sampai justru yang ditampilkan Bali kontraproduktif dengan agenda yang dibahas.
Berbagai masukan dan usulan juga disampaikan oleh tokoh lainnya diantaranya Jro Gede Witama (CEO Aman Group), Eddy Sunyoto (tokoh senior pariwisata), Anak Agung Yuniartha (mantan Kadispar Bali) dan Putu Suasta (pengamat sosial).