Kepala Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Provinsi Bali dr I Gede Wiryana Patra Jaya mengatakan permintaan plasma konvalesen untuk terapi bagi pasien COVID-19 paling banyak ada di wilayah Denpasar, Bali.
"Paling banyak permintaan dari RS di wilayah Kota Denpasar, lalu Kabupaten Singaraja dan Gianyar. Yang memiliki kapasitas rumah sakit besar dan SDM yang banyak," kata dr Patra saat dihubungi melalui telepon di Denpasar, Bali, Jumat.
Tanpa menyebut data rinci, ia mengatakan beberapa rumah sakit yang mengajukan kantong plasma konvalesen yaitu RS Bali Mandara, RS Wangaya, RS PTN Unud. Selain itu beberapa rumah sakit di luar yaitu rumah sakit di Singaraja, Tabanan dan Gianyar. Sementara untuk RSUP Sanglah, sudah memiliki UTD tersendiri.
"Kalau RSUP Sanglah kan karena sudah punya UTD. Jadi kalau mereka tidak tersedia baru nanti mengajukan ke PMI Bali. Pengajuan ini datangnya dari rumah sakit rata-rata kelas B dengan SDM tinggi dan kapasitas besar," ucapnya.
Ia mengatakan pada bulan Juli 2021 lalu permintaan plasma konvalesen mencapai lebih dari 370 kantong di Bali. Kata dia, satu pasien dalam melakukan terapi ini membutuhkan dua kantong. Untuk itu sebanyak kurang lebih 180 pasien menggunakan plasma plasma konvalesen.
Permintaan plasma konvalesen tidak menentu, karena mengikuti perkembangan kondisi pasien. Pengajuan plasma konvalesen tidak dapat dilakukan secara pribadi melainkan melalui pihak rumah sakit yang merawat.
Plt. Kasubbag Hukum dan Humas RSUD Wangaya Denpasar, Bali Putu Oka Hendra menambahkan bahwa RS Wangaya juga menerapkan terapi plasma konvalesen, untuk pasien yang bergejala berat.
"Tergantung pasien bergejalanya tapi sekali pengambilan untuk pasien yang membutuhkan biasanya dua kantong," katanya.
Ia mengatakan permintaan plasma konvalesen beberapa waktu lalu tidak terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan pasien yang dirawat di RS Wangaya dominan bergejala ringan.