Washington (ANTARA) - Mata uang digital memiliki potensi untuk membuat layanan keuangan "jauh lebih inklusif," kata seorang pejabat Dana Moneter Internasional (IMF), namun memperingatkan bahwa ada juga risiko yang perlu diperhatikan.
"Ada banyak janji dalam mata uang elektronik ini," kata Helge Berger, Kepala Misi China dan Asisten Direktur IMF di Departemen Asia dan Pasifik, mengatakan kepada Xinhua baru-baru ini.
"Mereka menurunkan biaya transaksi dalam memegang uang tunai dan memindahkan uang tunai. Mereka bisa membuatnya lebih aman," kata Berger.
"Dan kami telah melihat beberapa keuntungan mata uang digital selama resesi tahun lalu, ketika otoritas fiskal di China menggunakan sarana elektronik untuk menargetkan dukungan fiskal kepada konsumen tertentu dengan cara yang membantu," katanya.
Namun pejabat IMF itu memperingatkan risiko yang terkait dengan mata uang digital. "Ketika Anda beralih dari mata uang cetak ke mata uang elektronik, Anda harus memiliki kerangka kerja operasional di sekitarnya yang melibatkan jaringan dan komputer serta protokol keamanan," katanya.
"Kita harus belajar bagaimana melakukan ini dengan aman."
Baca juga: IMF: pertemuan Bali bahas mata uang digital
Ada juga risiko internasional, yang perlu diingat, kata pejabat IMF itu.
“Jika mata uang-mata uang elektronik memudahkan penggunaan mata uang suatu negara di negara lain, maka terdapat komplikasi yang berkaitan dengan substitusi mata uang, yang dapat berdampak pada kemampuan bank sentral nasional untuk mengontrol suplai uang domestik, kredit domestik dan inflasi,” ujarnya.
Berger mengatakan sepertinya banyak bank sentral sedang bereksperimen atau setidaknya berpikir secara konseptual untuk meluncurkan versi digital mata uang mereka, mencatat bahwa China adalah salah satu negara ekonomi besar pertama yang telah mendorong maju dengan eksperimennya.
Baca juga: Presiden: IMF-Bank Dunia-OECD proyeksi ekonomi Indonesia tumbuh positif
"Ini area yang mengasyikkan," katanya. "Kami terus mengawasinya dan bersama dengan otoritas China, kami belajar dari pengalaman China."