Denpasar (ANTARA) - Film lokal berjudul "Kapandung" atau dalam Bahasa Inggris diterjemahkan "A Stolen Life" yang berkisah tentang hubungan manusia Bali dengan Tuhannya yang berlatarbelakang tahun 1960-an hingga 1970-an, ditargetkan produsernya dari Gases Film akan bisa menembus bioskop nasional.
"Sinopsis film melibatkan seniman-seniman tradisional Bali sebagai pemerannya tersebut mengangkat kisah kehidupan I Gejer yang merupakan seorang lelaki yang selamat dari sebuah bencana alam yaitu meletusnya sebuah gunung di tahun 1960-an," kata Johan Wahyudi selaku sutradara film "Kapandung" di Gedung Dharmanegara Alaya (DNA) Denpasar, Minggu.
Baca juga: Film Indonesia dipromosikan ke masyarakat desa di Garut
Bencana itu telah merenggut keluarga serta kehidupannya dan membawanya terdampar di suatu tempat. Beberapa tahun kemudian pasca bencana, I Gejer menemukan dirinya hidup sebatang kara dan sakit-sakitan melakoni hidup sebagai seorang juru pencar atau pencari ikan di tempat yang baru.
Sampai pada suatu hari, ia menemukan sebuah topeng usang terdampar di pantai, kemudian dibawanya pulang. Sejak topeng tersebut disimpan di rumah, banyak kejadian aneh bermunculan hingga pada suatu hari I Gejer bermimpi soal topeng tersebut.
Belakangan diketahui jika topeng tersebut bukanlah benda sembarangan, melainkan sebuah benda suci atau sesuhunan yang dimuliakan di satu Desa Kedampal. Dari sana, kisah pun terus bergulir penuh intrik dan konflik.
Sang sutradara mengatakan film ini berkisah tentang hubungan manusia Bali dengan Tuhannya. "Judul Kapandung ini baru didapat setelah proses produksi film berjalan," katanya, didampingi Produser Eksekutif, Komang Indra Wirawan.
Baca juga: Film-film Indonesia yang bisa temani di penghujung 2020
Ia menambahkan bermula dari adegan "nunas baos" atau meminta wangsit, seketika salah satu pemerannya mengalami kerauhan (kesurupan) dan akhirnya menyebut kata "Kapandung" hingga kata itu yang diangkat menjadi judul film.
Sementara itu, Produser Eksekutif, Komang Indra Wirawan mengatakan penggarapan film itu hingga kini telah berjalan selama 3,5 bulan dengan biaya yang dikeluarkan hingga saat ini sebesar Rp165 juta.
"Kami target film ini bisa tembus bioskop nasional. Target penonton di Bali 15 ribu orang," katanya tentang film "Kapandung" yang mengangkat dua sisi sekala (dunia nyata) dan niskala (dunia gaib).
Baca juga: Kemenag adakan Lomba Film Pendek Pemuda Hindu berhadiah Rp50 juta
Secara niskala, mengangkat kisah pencurian pratima (benda sakral) dalam bentuk topeng dan secara sekala berkisah tentang kehidupan I Gejer yang kehilangan keluarga akibat bencana alam.
"Cerita ini bisa dibilang kisah nyata dan tidak nyata. Dimana memang di Bali ada kejadian pratima atau topeng sesuhunan yang dicuri," katanya.