Denpasar (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat kenaikan harga cabai rawit dan daging ayam ras menjadi pendorong inflasi di Pulau Dewata pada Januari 2021.
"Peningkatan inflasi di bulan Januari terjadi karena adanya peningkatan harga pada kelompok 'volatile food' seperti cabai rawit dan daging ayam ras serta harga yang diatur pemerintah seperti tarif angkutan udara serta rokok kretek filter," kata Kepala KPwBI Provinsi Bali Trisno Nugroho di Denpasar, Selasa.
Kelompok volatile food mengalami kenaikan harga sebesar 3,82 persen (mtm) dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Peningkatkan harga selain untuk komoditas cabai rawit dan ayam, juga terjadi pada mangga, daging babi dan tempe.
Pada bulan Januari 2021, inflasi di Provinsi Bali tercatat inflasi sebesar 0,79 persen (mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 0,26 persen (mtm).
Baca juga: Bank Indonesia usulkan "Bali Investment Center" untuk majukan pertanian
Berdasarkan perhitungan data BPS, inflasi terjadi di kedua kota perhitungan, yaitu Kota Denpasar sebesar 0,77 persen (mtm) dan Singaraja (0,94 persen, mtm).
"Meskipun secara bulanan inflasi Bali lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional, namun secara tahunan, inflasi Bali pada bulan Januari tercatat 1,02 persen (yoy) lebih rendah dibanding inflasi tahunan sebesar 1,55 persen," ujar Trisno,
Trisno menambahkan, peningkatan harga komoditas hortikultura disebabkan oleh masih terbatasnya pasokan di awal tahun setelah libur Natal dan Tahun Baru 2021.
Selanjutnya, peningkatan harga daging babi juga masih disebabkan oleh turunnya jumlah ternak babi secara signifikan, diakibatkan oleh virus yang menyerang pada tahun 2020.
Baca juga: BI: Pertumbuhan ekonomi Bali 2021 di kisaran 4,5 - 5,5 persen
Sementara itu untuk kelompok barang "administered price" atau harga yang diatur pemerintah, tercatat peningkatan harga sebesar 0,50 persen (mtm). Peningkatan tekanan harga pada kelompok ini disebabkan oleh naiknya tarif angkutan udara, meskipun lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan harga di Desember 2020.
Bank Indonesia memperkirakan inflasi pada Februari 2021 akan tetap terkendali. "Meskipun demikian, curah hujan yang masih tinggi berpotensi untuk mengganggu musim tanam di triwulan I 2021," ujar Trisno.
Menghadapi potensi tantangan tersebut, tambah Trisno, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota perlu melakukan kerja sama antar daerah, terutama dengan daerah penghasil cabai rawit).
Selanjutnya mengoptimalkan pemanfaatan mesin CAS dan menghimbau agar petani tetap menanam sesuai dengan siklusnya agar pasokan tetap mencukupi.
"Kami pun terus mendorong pemanfaatan teknologi dalam pemasaran produk-produk pertanian (e-commerce) dan dalam produksi (digital farming)," ucapnya.
Baca juga: BI Bali bina petani Karangasem untuk kembangkan cabai dari hulu ke hilir
Trino menambahkan, TPID Kabupaten/Kota dan Provinsi pun terus berupaya untuk menjaga kestabilan pasokan dan harga di masyarakat, di antaranya memastikan distribusi yang terjaga antarwilayah dan antarpulau.
"Selain itu, TPID juga akan melakukan Gerakan Lumbung Pangan untuk memastikan distribusi kepada seluruh lapisan masyarakat di Bali dan mendorong digitalisasi pada UMKM pertanian," kata mantan KPwBI DKI Jakarta itu.