Denpasar (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengusulkan pembentukan Bali Investment Center sehingga investasi yang masuk ke Pulau Dewata dapat terintegrasi dan turut berperan memajukan sektor pertanian.
"Dengan adanya Bali Investment Center ini, ketika ada investor dari dalam atau luar negeri yang mau masuk Bali arahnya bisa lebih terintegrasi, misalkan kalau mau investasi di sektor pertanian itu di mana, pariwisata di mana, dan sebagainya," kata Trisno Nugroho di Denpasar, Senin.
Menurut dia, jangan seperti selama ini investor datang ke kabupaten/kota masing-masing sehingga salah satu akibatnya yakni di kawasan Kabupaten Badung menjadi kelebihan hotel.
"Jadi Bali tetap terlindungi adat dan budayanya. Jangan sampai ada pembelian tanah yang berlebihan dari investor. Perusahaannya harus di Bali, mayoritas pemegang saham masyarakat Bali dan pada saatnya setelah beberapa puluh tahun bisa diambil alih. Diatur regulasinya seperti itu," ujarnya.
Baca juga: BI Bali dukung UMKM mantapkan digitalisasi lewat Gerakan Nasional BBI
Trisno mengatakan selama ini investasi di sektor pertanian dan hilirisasinya tidak banyak. Demikian pula investor-investor besar bisa bebas masuk ke kabupaten mana saja.
"Dengan Bali Investment Center ini, Bali dapat dibuka untuk kegiatan investasi dengan regulasi yang lebih baik," ucapnya pada acara dialog bertajuk Memajukan Pertanian Bali itu serangkaian peluncuran Agro Learning Center Denpasar itu.
Pihaknya mencatat nilai total penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Provinsi Bali untuk tahun 2020 mencapai Rp5,43 triliun untuk 2.513 proyek dan penanaman modal asing (PMA) tahun 2020 senilai 293,3 juta dolar AS untuk 3.967 proyek.
Baca juga: BI Bali: QRIS percepat Gernas Bangga Buatan Indonesia
Di sisi lain, ujar Trisno, mayoritas PDRB Bali atau sekitar 54 persen disumbang sektor pariwisata, sementara sektor pertanian dalam lima tahun terakhir sumbangannya 13 hingga 14 persen PDRB.
"Namun kini di saat pandemi, pertanian merupakan salah satu sektor potensial sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru," ucapnya.
Untuk itu, Trisno menyampaikan sejumlah upaya memajukan pertanian dari sektor produksi diantaranya melalui identifikasi komoditas unggulan, peningkatan produktivitas, pengembangan produk olahan (hilirisasi produk), digitalisasi sektor hulu hingga memerlukan dukungan pemerintah dari sisi keberpihakan APBD dan pelarangan alih fungsi lahan.
"Dari sisi kelembagaan atau kemitraan dengan penguatan kelembagaan seperti koperasi tani untuk mempermudah proses kemitraan antara pihak swasta, eksportir ataupun pabrik pengolah. Kemudian diperlukan pendampingan dan pelatihan," katanya.
Selanjutnya, ujar Trisno, dari faktor pemasaran dengan digitalisasi sektor hilir melalui pemanfaatan digital platform hingga menembus pasar ekspor.