Jakarta (ANTARA) - Indonesia dan Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations for Industrial Development/UNIDO) terus memperkuat kerja sama yang komprehensif guna memacu peran sektor manufaktur dalam mendorong perekonomian nasional, di mana salah satu kolaborasi anyar yang sedang dijalin adalah proyek bertajuk Global Eco-Industrial Park Programme (GEIPP).
“GEIPP ini merupakan inisiasi baru dari UNIDO sebagai salah satu proyek untuk negara berkembang dengan didanai oleh Pemerintah Swiss (SECO),” kata Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian, Dody Widodo di Jakarta, Sabtu.
Dody menjelaskan, kegiatan GEIPP dimulai sejak tahun 2019 dan sudah diimplementasikan di lima negara, yaitu Peru, Kolombia, Vietnam, Ukraina, dan Mesir.
“Indonesia merupakan negara keenam yang ikut serta dalam program ini dan menjadikan Indonesia sebagai bagian dari jaringan Eco-Industrial Park (EIP) Global,” ungkapnya.
Implementasi GEIPP bertujuan untuk mengembangkan kawasan industri di tanah air melalui pendekatan wawasan lingkungan.
“Jadi, fokusnya pada peningkatan produktivitas sumber daya, kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial. Selain itu juga diharapkan dapat berkontribusi pada pengembangan industri yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia,” tuturnya.
Menurut Dody, konsep EIP merupakan tahap awal untuk menuju Smart Industrial Park yang menjadi program prioritas Kemenperin untuk mengembangkan kawasan industri berbasis teknologi digital serta berwawasan lingkungan.
“Sehingga secara optimal akan meningkatkan efisiensi dan daya saing industri di dalam kawasan tersebut,” imbuhnya.
Bahkan, melalui proyek duet ini juga didorong untuk dapat memperkuat daya saing industri halal Indonesia dan mendukung pembentukan kawasan industri halal sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 17 tahun 2020 tentang Tata Cara Memperoleh Surat Keterangan Dalam Rangka Pembentukan Kawasan Industri Halal.
“Untuk proyek GEIPP ini sangat besar kami harapkan keterlibatan para pemangku kepentingan, mulai dari kementerian dan lembaga pemerintah terkait, UNIDO dan tim ahlinya, pengelola kawasan industri dan perusahaan industri dalam kawasan industri serta asosiasi Himpunan Kawasan Industri untuk bersama-sama mewujudkan sasaran kegiatan tersebut,” papar Dody.
Baca juga: Indonesia-Australia teken sepakati majukan energi terbarukan
Sebagai informasi, Indonesia dan UNIDO telah menjalin kerja sama sejak tahun 1980. Dalam setiap program kolaborasinya, Kemenperin merupakan National Focal Point.
Kerja sama Indonesia-UNIDO dituangkan melalui kerangka Indonesia-UNIDO Country Programme (IUCP) yang mencakup empat komponen utama UNIDO, yaitu Poverty Reduction, Energy for All, Environment and Clean Production, serta Partnership and Sustainable Development, yang sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Selama ini, UNIDO mendukung Indonesia melalui implementasi beberapa proyek kerja sama yang mempercepat pertumbuhan ekonomi serta mendukung pengembangan industri nasional.
Proyek yang menjadi kesuksesan kerja sama Indonesia-UNIDO, antara lain Sustainable Market Access through Responsible Trading of Fish (SMART-Fish), Resource Efficient and Cleaner Production (RECP), serta Disposal System for PCB Wastes and PCB Contaminated Equipment.
Dody menambahkan, kerja sama Indonesia melalui kerangka IUCP periode 2016-2020 akan segera berakhir dan akan diperbaharui untuk periode 2021-2025. Untuk kerja sama periode selanjutnya, UNIDO diharapkan lebih fokus untuk ikut berperan dalam percepatan implementasi industri 4.0 di Indonesia dengan menyusun proyek kerja sama yang mendukung Industri 4.0.
“Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah UNIDO diharapkan bisa melaksanakan proyek biodegradable plastic technology dan proyek dalam IUCP lainnya yang masih tertunda (pipeline project),” tandasnya.
Baca juga: Gubernur Bali dorong industri berbasis kearifan lokal
Namun demikian, dalam setiap pelaksanaan kerja sama, pemantauan dan evaluasi proyek harus menjadi prioritas.
“Untuk mendukung hal tersebut, Kemenperin bersama UNIDO sedang membangun aplikasi pemantauan dan evaluasi berbasis website. Aplikasi ini diharapkan dapat meningkatkan dan memperkuat kerja sama Indonesia-UNIDO pada periode selanjutnya serta dapat membantu dalam proses implementasi proyek yang lebih efektif,” pungkasnya.