Kuta (Antara Bali) - Pemilik dan pihak pengelola stasiun televisi swasta ternyata tidak rela kalau anaknya menonton tayangan yang tidak mendidik dan telah meracuni pikiran jutaan anak di Indonesia.
"Pemilik televisi juga kami tanya, ternyata mereka tidak rela kalau anaknya nonton siaran konyol yang merugikan masyarakat," kata Idy Muzayyad, anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat di Kuta, Rabu.
Ia menyampaikan hal itu pada acara Forum Pengembangan Literasi Media Dalam Rangka Penguatan Sadar Media" yang diikuti berbagai elemen masyarakat, termasuk insan media dan kehumasan di Bali.
Dia tidak menjelaskan siapa saja pemilik stasiun televisi dimaksud. "Tapi intinya mari kita pilah, mana yang layak ditonton. Jangan biarkan anak-anak menonton televisi tanpa didampingi orang tua," katanya.
Idy yang tampil bersama Ketua Dewan Kehormatan PWI Tarman Azzam, juga menyayangkan sebagian besar stasiun televisi yang masih menayangkan program bersifat "LMGA" atau "Lu mau gua ada". Namun sudah mulai ada yang mengarah ke segmentasi, seperti mengutamakan pemberitaan.
Kecenderungan media yang masih menerapkan "LMGA" itu, kata Idy, tak terlepas dari era kapitalisme atau prinsip ekonomi, yakni biaya operasional rendah tetapi mampu meraup pendapatan iklan tinggi.
Sementara itu, Tarman Azzam berharap kesadaran wartawan dan para pemilik media, termasuk televisi, untuk menyajikan yang terbaik bagi masyarakat.
Tarman mengingatkan kepada pemerintah untuk bertindak cepat dalam menyikapi pemberitaan/siaran televisi, sehingga tidak sampai merugikan masyarakat.
Dia juga mengingatkan masyarakat semakin cerdas dalam memilih dan menilai pemberitaan/siaran media, dan tidak salah dalam menyikapinya.
Acara tersebut menghadirkan sejumlah pembicara, di antaranya Dr Ida Bagus Radendra dari Fakultas Komunikasi Universitas Dwijendra, Denpasar, M Noeh Hatumena dari PWI pusat, dan Amin Sar Manihuruk dari Badan Litbang SDM Kemkominfo.(T007/M038/T007)
