Gianyar, Bali (ANTARA) -
"Pembangunan TPS3R Desa Bedulu ini didanai dari anggaran Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Balai Prasarana Permukiman Wilayah Bali sebesar Rp600 juta, dengan waktu pengerjaan selama 104 hari kalender," kata Made Mahayastra di Gianyar.
Baca juga: BPJAMSOSTEK Gianyar adakan pelatihan gratis bagi pekerja korban PHK
"Suatu daerah yang berkembang atau maju, permasalahan utama yang dihadapi adalah sampah. Dan saya juga sudah menyiapkan langkah-langkah, dan syukur saya kali ini dibantu juga dari instansi yang lain baik dari LSM maupun dari PUPR, jadi untuk itu terima kasih," katanya.
Dijelaskannya, akhir tahun 2019 ia meresmikan Bank Daur Ulang Bedulu (Badaulu), di lokasi yang sama. Sebuah bank daur ulang sampah yang dikelola oleh masyarakat Bedulu hasil kerja sama dengan PT Pegadaian Denpasar.
"Saya pernah sampaikan saat peresmian bank sampah tahun lalu, kita harus bersahabat dengan sampah, kalau sampah diajak bersahabat artinya kita kelola dan kembalikan ke unsurnya, kita daur ulang. Kalau kita musuh kita buang ke tempat-tempat yang tidak semestinya kita buang, ada yang ke sungai ada yang dibakar dan yang lainnya," kata Mahayastra.
Semua jenis sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Desa Bedulu akan dikelola di sini. Diungkapkannya dengan pembangunan TPS3R ini akan mengedukasi masyarakat untuk memilah sampahnya sendiri.
"Persoalan selama ini, masyarakat bingung mau dibawa kemana sampahnya, kalau dikelola sendiri masih kurang edukasinya, dengan dibangunnya TPS3R ini sekaligus edukasi ke masyarakat bahwa ada pengelolaan sampah di sini," kata Mertayasa.
Produksi sampah masyarakat Desa Bedulu mencapai 2 ton per hari, organik dan anorganik dari 11 banjar dan sekitar 2.600 KK.
Masyarakat Bedulu harus memilah sampahnya sendiri, karena jadwal pengambilan sampah organik dan anorganik oleh armada sampah yang dikelola oleh bank sampah dilakukan pada hari dan waktu yang berbeda.
Baca juga: Bupati Gianyar salurkan bantuan sembako tahap II
"Jika sampah tidak dipilah oleh masyarakat, maka di sini akan jadi TPA kita akan kewalahan untuk mengolahnya," tegas Mertayasa.
Demikian juga di tingkat desa adat, sedang disiapkan pararem yang mengatur tentang pengelolaan sampah oleh masing-masing krama. Jika sampah tidak dipilah, maka sampah tidak akan diangkut oleh armada sampah.
Adanya Perdes dan pararem, dikatakan oleh Mertayasa tentu ada sanksi apabila warga tidak menaatinya. "Kalau tidak dilaksanakan akan ada sanksi administrasi dari desa dinas, sementara juga ada sanksi adat kalau ada pelanggaran pararem, ini masih dibahas," kata Mertayasa.
Dari fermentasi sampah organik, cairan yang dihasilkan bisa dimanfaatkan menjadi desinfektan, penyanitasi tangan, pengasapan sarang nyamuk sekaligus bisa sebagai pupuk. "Ini sudah diuji klinis, ini aman dan murni organik," kata Gus Adhitya.
Bank Sampah Desa Bedulu adalah salah satu pengguna Siotonk atau sistem informasi daring tempat olahan organik yang merupakan komposter digital.
Menurut Gus Adhitya, Gianyar menduduki peringkat pertama se-Bali sebagai pengguna terbanyak Siotonk. Siotonk menghasilkan produk-produk buangan, diantaranya bioaktivator, pupuk organik cair, pupuk organik padat, larutan organik multifungsi, dan pakan ternak berupa probiotik dan maggot. "Seharusnya Gianyar sudah bisa tidak lagi hasilkan sampah," ujar dia.
