Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mengadakan tes swab gratis kepada 30 ribu orang sebagai bentuk kontribusi dalam mendeteksi dan menekan penyebaran wabah COVID-19.
“Ini langkah kami untuk membantu percepatan deteksi pasien yang terpapar virus corona jenis baru,” Direktur Utama BNI Herry Sidharta di Jakarta, Rabu.
Program sosial itu diawali dengan tes kepada 800 orang di area Parkir Selatan Gelora Bung Karno, Jakarta, dari total 5.500 orang yang akan disasar untuk mengikuti pemeriksaan tersebut di wilayah ibu kota.
Baca juga: Telkomsel-BNI luncurkan Kartu Kredit
Selanjutnya, tes akan dilakukan di sejumlah provinsi di Tanah Air yakni di Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Bali, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang akan menyasar masyarakat terutama pelaku usaha kecil menengah produktif.
Bank BUMN ini sebelumnya mengirimkan bantuan teknologi drone untuk menyemprotkan disinfektan di 50 titik di Jabodetabek.
Bantuan lain kepada sejumlah rumah sakit di antaranya ambulance, mesin diagnosa tes swab Polymerase Chain Reaction (PCR), ventilator, dan alat tes massal dengan total bantuan senilai Rp42,9 miliar.
Baca juga: Peserta SMN Bali kunjungi RKB BNI di Pontianak
Pihaknya juga mendistribusikan 50 ribu alat pelidung diri kepada tim medis di 182 rumah sakit rujukan di seluruh Indonesia dilengkapi hand sanitizer, donasi bagi petugas medis, serta donasi dukungan anak sekolah total mencapai Rp11,3 miliar
Bank pelat merah ini juga menggerakan sekitar 30 mitra binaan di berbagai daerah untuk memproduksi alat pelindung bagi tenaga medis, baik baju hazmat maupun masker.
Uji swab kali ini, BNI menggandeng RS Bunda dan JSK Group. Komisaris Utama PT Bundamedik Ivan Rizal Sini mengatakan dengan infrastruktur, teknologi laboratorium, RS Bunda mampu untuk mengerjakan lebih dari 500 hingga 750 tes swab sehari.
Baca juga: BNI dorong ekspor UKM Bali
CEO JSK Group Dennis Jang Sang Kyu mengungkapkan sarana pemeriksaan di luar ruangan menggunakan bawah tenda dan booth beserta mesin di dalamnya sudah diterapkan oleh pemerintah Korea Selatan.
Tujuannya untuk memberikan rasa nyaman kepada masyarakat yang merasa khawatir datang ke rumah sakit melakukan tes swab.
Pada kesempatan tes swab di Jakarta ini dihadiri Menteri BUMN Erick Thohir dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria.
Restrukturisasi Kredit
Sebelumnya (19/3), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk telah melakukan restrukturisasi kredit senilai Rp69 triliun terhadap nasabah yang terkena dampak wabah COVID-19.
"Hingga akhir Maret 2020, total restrukturisasi kredit sebesar Rp6,2 triliun, dengan total 3.884 debitur. Namun, memasuki April 2020, realisasi pinjaman yang direstrukturisasi meningkat signifikan menjadi Rp69 triliun, dengan total 103.447 debitur," kata Direktur Tresuri dan Internasional BNI Putrama Wahju Setiawan saat jumpa pers secara virtual (19/3).
Baca juga: BNI perluas layanan samsat "online" di 16 provinsi
Putrama menuturkan, sektor terbesar yang terdampak adalah perdagangan, restoran, dan hotel, sebesar 38,4 persen atau Rp26,8 triliun, sektor perindustrian 18,4 persen atau Rp12,8 triliun, serta sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi 16,2 persen atau Rp11,3 triliun.
Sedangkan berdasarkan segmentasi, yang paling terdampak adalah segmen kecil dengan realisasi restrukturisasi sebesar Rp27,4 triliun atau 39,3 persen dari total restrukturisasi hingga April 2020.
Restrukturisasi kredit yang diberikan kepada debitur terdampak COVID-19 tersebut dilakukan dengan merujuk pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11 Tahun 2020 tentang Stimulus Perekonomian Nasional sebagai Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran wabah virus CORONA-19.
"Asesmen terhadap debitur dilakukan secara kasus per kasus agar sesuai dengan kemampuan keuangan atau arus kas debitur. Skema restrukturisasi itu dapat diberikan dalam bentuk penurunan suku bunga, perpanjangan jangka waktu kredit, penundaan pembayaran angsuran pokok, atau kombinasinya," ujar Putrama.
Ia menambahkan, terkait dengan potensi dampak COVID-19 terhadap portofolio kredit BNI, BNI telah dan akan melakukan stress test secara berkala untuk mengetahui potensi dampak wabah tersebut terhadap kemungkinan penurunan kualitas kredit.