Denpasar (ANTARA) - Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali mengimbau umat Hindu di "Pulau Dewata" itu kembali "nyejer" atau mempersembahkan sesajen "Pejati", Kamis (7/5), bertepatan dengan hari Purnama untuk memohon perlindungan Tuhan, sekaligus memohon supaya COVID-19 segera hilang.
"Dalam persembahyangan Purnama itu, 'Pejati' yang sebelumnya dihaturkan di pelinggih kemulan masing-masing keluarga diganti dengan yang baru. 'Pejati' yang baru tersebut berisi 'serobong daksina' yang terbuat dari bahan janur dan di dalam 'Pejati' terdapat 'tepung tawar' serta 'benang tridatu' (warna merah, putih, dan hitam) yang ditempatkan di dalam 'Pejati'," kata Ketua PHDI Provinsi Bali I Gusti Ngurah Sudiana di Denpasar, Rabu.
Ia mengemukakan makna "benang tridatu" untuk memohon perlindungan kepada Tiga Dewa Penguasa Dunia, yakni Brahma, Wisnu, dan Siwa, sedangkan makna "tepung tawar" supaya penyakit COVID-19 menjadi netral dan makna "serobong daksina" agar seluruh virus corona cepat dinetralkan atau hilang dari muka Bumi.
Baca juga: 18-20 April, Bali laksanakan Nyepi Desa Adat serentak selama tiga hari
"Pada saat sembahyang Purnama, kami mengajak umat Hindu untuk memusatkan pikiran serta berdoa kepada Ida Bhatara Guru dan Ida Bhatara Surya Gni sebagai manifestasi Tuhan yang dimulai dari pukul 18.00 Wita," ucapnya.
Setelah selesai sembahyang, semua keluarga diharapkan "nunas tirta" (air suci) dari Pelinggih (tempat suci) Kemulan dan dipercikkan secara bersama-sama, setelah itu "benang tridatu" yang telah ditempatkan pada "Pejati" dan diikat pada tangan masing-masing anggota keluarga.
Persembahyangan itu juga dilaksanakan secara serentak oleh sulinggih (pendeta) hingga pemangku (tokoh agama di tiap pura).
Selain persembahyangan, PHDI Provinsi Bali mengajak umat Hindu tetap mengikuti imbauan Pemerintah Provinsi Bali untuk disiplin menerapkan jaga jarak dalam kehidupan sehari-hari, melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun pada air mengalir, rajin berolahraga dan istirahat yang cukup, serta mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
Selain melanjutkan "Nyejer Pejati", umat Hindu di Bali juga sudah melaksanakan upacara secara bertahap, yang dimulai pada 31 Maret di mana Satgas Gotong Royong Berbasis Desa Adat "nunas ica" (berdoa) dan "nyejer daksina" di Kahyangan Tiga Desa Adat.
Pada 2 April, umat Hindu mempersembahkan banten khusus dengan tambahan bungkak nyuh (kelapa muda) gading/gadang di Kahyangan Tiga dan Kamulan yang dilaksanakan oleh masing-masing keluarga, ditambah dengan menghaturkan nasi wong-wongan di "lebuh" masing-masing, sedangkan pada 22 April umat Hindu melaksanakan upacara Peneduh Gumi di "lebuh" masing-masing dengan menghaturkan "segehan putih" sembilan.
Baca juga: PHDI Bali imbau parade ogoh-ogoh ditiadakan cegah COVID-19
Dalam kesempatan itu, Sudiana mengucapkan terima kasih kepada umat Hindu, para rohaniawan, penekun spiritual yang sudah ikut berdoa untuk mempercepat hilangnya COVID-19.
PHDI Provinsi Bali juga berterima kasih kepada para donatur yang sudah membantu umat Hindu berupa alat pelindung diri (APD), baik masker hingga paket bahan pokok.
"Semoga COVID-19 ini segera hilang, dan kita semua bisa kembali melaksanakan aktivitas seperti biasa dengan menjalankan swadharma (kewajiban) agama dan negara," kata Sudiana.
PHDI Bali ajak umat persembahkan "pejati" agar COVID-19 segera hilang
Rabu, 6 Mei 2020 17:49 WIB