Denpasar (ANTARA) - Anggota DPD Made Mangku Pastika meminta Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Provinsi Bali merangkul generasi milenial untuk mau mencintai dan menekuni sektor pertanian.
"Mudah-mudahan dengan gerakan yang dilakukan HKTI dan juga kelompok-kelompok lainnya, bisa menjadi bantalan ekonomi Bali, sekaligus meningkatkan kembali minat generasi muda, karena petani di Bali usianya rata-rata lebih dari 50 tahun," kata Pastika saat bertatap muka dengan jajaran HKTI Bali di Denpasar, Rabu.
Baca juga: Anggota DPD: Pertanian jadi pengaman ekonomi Bali hadapi COVID-19
Di tengah situasi melesunya ekonomi Bali akibat wabah COVID-19 dan lebih 474 ribu masyarakat Bali yang bekerja di dunia pariwisata kemungkinan terkena imbasnya, mau tidak mau, pertanian dapat menjadi salah satu solusi.
"Sekarang tahu-tahu hotelnya tutup, restorannya tutup, terus mau ngapain? Kan kita perlu hidup, satu-satunya jalan ya pertanian yang paling gampang," ucap mantan Gubernur Bali itu.
Oleh karena itu, lanjut dia, sudah harus disadarkan generasi muda bahwa dengan menekuni pertanian, mereka masih bisa melanjutkan kehidupan.
"Kita harus kasi tahu generasi muda bahwa dengan pertanian mereka bisa hidup. Tujuan kerja di pariwisata 'kan supaya hidup, cari makan. Dari pertanian sebenarnya bisa juga karena lahan kita masih cukup, walaupun dikatakan sempit. Coba keluar Denpasar masih lapang kok, masih banyak yang telantar dan tidak digarap karena ditinggal generasi mudanya bekerja di sektor pariwisata," ujarnya.
Baca juga: Agro Techno Park Badung padukan pariwisata dengan pertanian
HKTI, tambah dia, diharapkan dapat lebih berperan untuk memfasilitasi pendidikan dan pelatihan terkait pertanian, demikian juga memberi sentuhan teknologi, penanganan pascapanen, hingga pemasaran yang benar.
"Melalui acara seperti ini, saya bisa mendengarkan apa yang bisa diperjuangkan ke pusat, yang tentunya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Bali," ucap senator yang juga Anggota Komite II DPD RI.
Sementara itu, Ketua HKTI Bali Prof Dr Nyoman Suparta mengatakan untuk menarik minat generasi muda menekuni pertanian, tentunya masih memerlukan bimbingan.
"Mereka yang baru tamat S1 Agribisnis, Pertanian, Peternakan. Pada umumnya belum tergambar di pikiran mereka akan menjadi apa ketika tamat. Meskipun pada saat di bangku kuliah sudah dikasi tahu apa-apa yang bisa dikerjakan ketika tamat," ujarnya.
Baca juga: Kementan genjot ekspor produk pertanian dengan "Kostratani"
Menurut Prof Suparta, dengan modal pasar pertanian yang terbuka begitu besar untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan juga pariwisata, sudah menggambarkan besarnya daya tarik sektor pertanian.
"Kemudian dari sisi pertanian yang sekarang banyak berkembang juga di sektor pengolahan, nilai tambahnya 30-40 persen," katanya.
Kebutuhan berbagai produk hortikultura seperti sayur-mayur, hingga buah-buahan lokal seperti wani, jeruk bali, salak bali dan sebagainya, ujar dia, cukup tinggi. Hanya saja produksinya belum maksimal.
"Demikian juga produk perkebunan juga sangat menjanjikan bahkan sampai diekspor seperti cengkih, vanili, kopi, dan kakao. Kalau saja barangnya ada, semuanya itu laku," ucap Prof Suparta.
Anggota DPD: rangkul milenial Bali jadi petani
Kamis, 12 Maret 2020 5:21 WIB