Badung (ANTARA) - Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) bersama Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik menyelenggarakan pertemuan "28th Session of the Asia and Pacific Commision on Agricultural Statistics (APCAS)" yang membahas sejumlah hal terkait statistik pertanian di kawasan Asia Pasifik.
"Selama lima hari ke depan peserta pertemuan akan saling bertukar pengalaman juga belajar apa yang bagus dari negara lain. Intinya adalah sharing mengenai segala sesuatu mengenai statistik pertanian," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, saat pembukaan sesi ke-28 APCAS atau Asia-Pasifik untuk Statistik Pertanian tersebut di kawasan Legian, Badung, Bali, Senin.
Pelaksanaan APCAS ke-28 tersebut, dihadiri oleh sekitar 100 delegasi dari 30 negara serta sembilan organisasi internasional dan regional.
Pertemuan para ahli statistik dan pakar pertanian dua tahunan itu akan berfokus pada kebutuhan spesifik statistik pangan dan pertanian Asia-Pasifik.
Baca juga: DPRD Bali: tingkatkan anggaran sektor pertanian
"Kegiatan ini juga meninjau dan mendukung kesiapan kawasan untuk menghasilkan statistik yang memadai untuk memantau kemajuan menuju target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) tahun 2030," kata Suhariyanto.
Ia menambahkan, kerja sama antara FAO dan pemerintah seperti dalam kegiatan itu, sangat diperlukan untuk menghasilkan statistik pertanian berkualitas yang akurat, tepat waktu, dan relevan untuk menyediakan pencapaian indikator SDGs.
"Pertemuan APCAS ini juga merupakan suatu cara meningkatkan, memperbaiki, dan mempercepat perkembangan statistik pertanian untuk memonitor pencapaian SDGs di wilayah Asia Pasifik," ujarnya.
Kepala Statistik FAO, Pietro Gennari mengatakan, pihaknya menyerukan percepatan perbaikan pengumpulan pemantauan data statistik pertanian, untuk memastikan target yang ditetapkan dalam SGDs secara akurat dilaporkan dalam wilayah terbesar di dunia, Asia-Pasifik.
Baca juga: Di Denpasar-Karangasem, Mentan ajak masyarakat wujudkan pertanian maju dan mandiri
Negara-negara di kawasan regional bekerja meningkatkan sistem pendataan statistik dan analisis untuk perencanaan yang lebih baik di sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan menuju tahun 2030 ketika 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dunia harus dicapai.
Namun, menurutnya kemampuan untuk memantau dan menganalisis statistik tersebut bervariasi untuk masing-masing negara dan tidak ada tempat di dunia yang lebih bervariasi daripada kawasan Asia-Pasifik.
"Kami mencatat adanya kesenjangan data yang signifikan di Asia-Pasifik dalam memonitor SDGs dan lambatnya pencapaian tujuan," katanya.
Sementara itu, Perwakilan FAO untuk Indonesia, Stephen Rudgard mengatakan, agenda SDGs 2030 yang mengidentifikasi 17 tujuan, 169 target dan 232 indikator untuk memantau kemajuan merupakan tugas yang sangat besar bagi para ahli statistik nasional hingga tahun 2030.
"Kami harus memperkuat kemitraan di antara pemerintah, organisasi internasional, dan sektor swasta untuk memenuhi kebutuhan data ini. FAO siap mendukung upaya nasional melalui program bantuan teknis," katanya.
Pertemuan APCAS tersebut, juga menyediakan wadah bagi negara-negara Asia Pasifik untuk secara langsung terlibat untuk memusatkan perhatian pada tantangan unik dalam mengembangkan statistik pertanian.
Hal tersebut di antaranya seperti keterpencilan geografis, mengubah pola tanam dan pemeliharaan ternak karena perubahan iklim, penyakit lintas batas, dan infrastruktur statistik terbatas dan sumber daya.