Denpasar (ANTARA) - Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, Iman Faturahman mengatakan bahwa ada lima faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi dan intensitas hujan di Bali.
"Faktor pertama yang mempengaruhi kondisi cuaca saat ini yaitu Monsoon Asia sudah aktif, sehingga massa udara basah mengalir dari Asia ke Indonesia, dan adanya area konvergensi atau belokan angin di wilayah Sumatera, Jawa, Bali-Nusra, sehingga adanya perlambatan angin menyebabkan penumpukan awan - awan hujan," kata Iman Faturahman, usai dikonfirmasi di Denpasar, Selasa.
Ia menambahkan faktor lainnya juga karena dipengaruhi oleh kondisi suhu muka laut yang mendukung terjadinya penguapan (evaporasi) akan meningkatkan pembentukan awan - awan hujan.
Adapun dua faktor lain yang dapat menambah atau meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan termasuk di Bali yaitu adanya Madden Julian Oscillation (MJO) merupakan fase basah yang aktif sejak dasarian pekan lalu.
Faktor terakhir yaitu ditemukan adanya pusat tekanan rendah di selatan Nusa Tenggara yg berkembang menjadi "Tropical Cyclone" (Blake dan Claudia) yang berdampak angin kencang dan hujan lebat di Bali.
"Dari faktor - faktor diatas, Cyclone Blake sudah meluruh di daratan Australia, sedangkan Cyclone Claudia bergerak semakin menjauhi Indonesia sehingga dampak dari kedua Cyclone tadi sudah berkurang dan segera selesai," ucapnya.
Pihaknya berharap cuaca kedepan semakin kondusif dan normal kembali setelah belokan angin di wilayah Bali sudah tidak ditemukan lagi.
Selama musim hujan ini, pihak Kodim 1609 dan BPBD Buleleng juga melakukan penyisiran di sepanjang sungai Batu Pulu, Buleleng guna mencegah terjadinya banjir saat hujan.
Aksi bersih sungai Batu Pulu dilakukan oleh 250 orang lengkap dengan peralatan cangkul, sabit, kantong plastik serta 3 unit mobil operasional Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Kasdim 1609/Buleleng Mayor Kav I Nyoman Arya Jayantara mengatakan bahwa selama musim penghujan, lebih baik mengantisipasi agar tidak terjadi banjir di wilayah Buleleng karena sampah yang menumpuk di bawah jembatan sungai ini.
“Kita tidak bisa memprediksi cuaca maka dari itu, apabila tidak mengantisipasinya maka kejadian banjir tidak bisa kita hindarkan, dan melalui kegiatan bermanfaat ini bisa sebagai cerminan bagi pariwisata Kabupaten Buleleng,"jelasnya.
Kepala BPBD Buleleng Ida Bagus Suadnyana mengatakan bahwa tujuan gotong royong di sungai di Batu Pulu Pemaron adalah untuk membersihkan lingkungan dari limbah pembuangan atau sampah rumah tangga sehingga tidak menyebabkan banjir di waktu musim penghujan.
“Sambil menunggu alat berat dari Balai Wilayah Sungai (BWS) maka dari itu kita bekerja dengan alat yang ada, dan kita bisa pergunakan waktu secara efisien,"katanya.
BMKG III/Denpasar : lima faktor pengaruhi frekuensi hujan di Bali
Selasa, 14 Januari 2020 13:33 WIB