Dengan ibu kota yang terletak di Denpasar, luas wilayah kurang lebih 5.600 km2, dan populasi sebanyak lebih dari empat juta jiwa, Bali masih memegang teguh tradisi dan kebudayaannya.
Budaya yang khas dan kental dipadukan dengan keindahan alamnya membuat banyak wisatawan domestik maupun internasionl tertarik untuk mengunjungi Pulau Dewata itu.
Budaya Bali memang terlestarikan dari generasi ke generasi, bukan karena banyaknya wisatawan yang datang, melainkan komitmen penduduknya sendiri yang ingin terus melestarikan kebudayaannya sehingga Bali bisa dikenal oleh seluruh dunia.
Kabupaten atau kota yang paling banyak menarik para wisatawan domestik maupun internasional di Bali adalah Badung. Daerah ini memiliki pusat pariwisata terbanyak di Bali dan sebagian besar wisata di daerah Badung adalah wisata bahari yang terkenal akan keindahannya, diantaranya Pantai Kuta, Nusa Dua, Tanjung Benoa, Jimbaran, dan masih banyak lagi.
Baca juga: Bandara Bali sambut penumpang pertama tahun 2020
Dengan banyaknya tempat wisata di Bali, jumlah akomodasi penginapan pun turut menyumbang angka yang tinggi. Menurut data BPS Provinsi Bali, jumlah hotel non bintang pada tahun 2019 mencapai 4.323 unit.
Jumlah tersebut adalah jumlah hotel berdasarkan jumlah kamar yang dimiliki. Mulai dari hotel yang mempunyai kurang dari 10 kamar, 10-24 kamar, 25-40 kamar, hingga lebih dari 40 kamar, sedangkan jumlah kamar pada hotel berbintang di Bali mulai dari bintang 1-5 pada tahun 2018 mencapai 52.927 kamar.
Jumlah hotel dan kamar tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan perkembangan pariwisata Bali.
Baca juga: Menparekraf: pembangunan pariwisata kedepan bukan kuantitas tapi kualitas (video)
Dengan semakin banyaknya hotel dan tempat wisata di Bali, angka pengangguran di Bali bisa ditekan dengan cukup signifikan. Terbukti, data Badan Pusat Statistik mencatat tingkat pengangguran di Bali terus mengalami penurunan dalam kurun waktu 2015-2018.
Angka terkecil terdapat pada tahun 2018 yaitu sebesar 1,37 persen yang menyebabkan Provinsi Bali menjadi provinsi dengan tingkat pengangguran terendah di Indonesia.
Hal ini sejalan dengan semakin dibutuhkannya orang-orang yang berusia produktif untuk menjadi bagian administratif di perhotelan maupun pariwisata lainnya.
Meski sempat menjadi provinsi dengan tingkat pengangguran paling rendah di Indonesia, ternyata tingkat pengangguran tersebut mengalami kenaikan di tahun 2019. Menurut data Sakernas, di tahun 2019 di Provinsi Bali tercatat tingkat pengangguran menjadi 1,52 persen.
Walaupun terjadi kenaikan, situasi ketenagakerjaan di Bali sampai saat ini masih menunjukkan gambaran yang tidak mengkhawatirkan. "Hampir seluruh penduduk usia kerja di Bali akan mendapatkan ruang untuk bekerja," kata Kepala BPS Bali, Adi Nugroho.
Baca juga: Menparekraf Wishnutama: Bali perlu "masterplan" pariwisata berkelanjutan
Apalagi, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati juga menyatakan optimistis kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Pulau Dewata hingga akhir 2019 dapat menembus kisaran 6,4 juta hingga 6,5 juta jiwa.
"Kami mencoba optimistis di 6,5 juta jiwa, setidaknya 6,4 juta bisa. Sejak awal sudah dirasakan bisa 6,5 juta, tetapi kelihatannya masih ada gangguan sedikit, mudah-mudahan 6,4 juta bisa tembus," kata Wagub Bali yang akrab dipanggil Cok Ace itu.
Terkait dengan fenomena penurunan kunjungan wisatawan, lanjut Cok Ace, tidak saja terjadi di Bali. Tetapi sudah menjadi fenomena global yang turut dipengaruhi kondisi perang dagang China dengan Amerika Serikat.
Belum lagi sejumlah negara di ASEAN juga pariwisatanya berkembang pesat sehingga menambah deretan pesaing Bali.
Optimisme juga datang dari Wakil Ketua I IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association) Bali I Made Ramia Adnyana. Ia menegaskan bahwa untuk okupansi hotel di Bali rata-rata saat ini sudah di kisaran 80 persen. "Bahkan, okupansi di hotel saya sudah 95 persen," ujar Ramia.
*) Penulis adalah mahasiswi Program Pendidikan Vokasi di Universitas Indonesia (UI).