Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali Made Putra Suryawan mengatakan, program sistem pertanian terintegrasi (Simantri) telah mampu meningkatkan minat petani untuk terus memproduksi pupuk organik.
"Salah satu buktinya dapat dilihat dari telah ditandatanganinya kerja sama penjualan pupuk organik antara Simantri 027 Klating, Tabanan dengan kelompok tani organik di persawahan Jatiluwih di kabupaten yang sama," kata Made Putra Suryawan, di Denpasar, Senin.
Ia menyampaikan, rata-rata gabungan kelompok tani (gapoktan) di Simantri Klating mampu memproduksi seratus ton pupuk organik setiap bulannya.
"Setelah mengadakan perjanjian kerja sama itu, bahkan mereka berjanji akan meningkatkan produksi pupuk organiknya. Tidak hanya dari petani di dalam kelompok Simantri, tetapi juga berusaha mengambil dari Simantri di sekitarnya untuk diolah menjadi pupuk organik," ucapnya.
Di sisi lain, pihaknya belum lama ini juga sudah mengadakan rapat dengan produsen pupuk Petrokimia dan Pupuk Kaltim. Mereka berencana akan mengambil bahan baku dan mengolah pupuk organik dari dua Simantri unggulan di setiap kabupaten di Bali.
"Bagi Simantri yang berhasil, mereka selanjutnya akan kami urus izinnya sampai ke Menteri Pertanian untuk mendapatkan subsidi yang dapat dikelola oleh petani dalam Simantri tersebut," ujarnya.
Pemeliharaan sapi dalam satu kandang koloni Simantri, ujar dia, setidaknya menjadikan setiap sapi mempunyai nilai tambah Rp10 ribu dari penjualan air kencingnya yang diolah menjadi biourine.
"Di daerah Tabanan, harga biourine setiap liternya Rp4 ribu. Sedangkan di Blahbatuh, Kabupaten Gianyar setiap liter biourine seharga Rp6 ribu. Dari harga tersebut, dengan perhitungan kasar saja, setidaknya setiap sapi dapat menghasilkan antara Rp25 ribu sampai Rp35.500 per hari," katanya.(**)