Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan pelaksanaan program biodiesel (B20) telah memberikan kontribusi terhadap penurunan defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III-2019.
"Impor migas turun sedikit, ini mencerminkan program B20 telah berjalan," kata AIrlangga di Jakarta, Jumat.
Airlangga mengatakan pelaksanaan program, yang terbukti mampu mengurangi impor migas ini, nantinya akan dilanjutkan berbagai kebijakan biodiesel lainnya.
"Kita sedang membuat roadmap B30, B40, B70 sampai B100, sehingga ini salah satu quick wins untuk mengurangi defisit neraca perdagangan," ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan pemerintah terus melakukan penguatan terhadap kinerja ekspor serta investasi agar ekonomi tidak terdampak kondisi global.
"Nilai tambah yang kita dorong dari segi produk ekspor kita tingkatkan, dan kemudian kalau dilihat investasi juga cukup meningkat," kata Airlangga.
Saat ini, pemerintah telah menetapkan 15 program percepatan yang akan menjadi prioritas untuk diselesaikan dalam jangka waktu enam bulan.
Salah satu program prioritas tersebut adalah implementasi mandatori B30 untuk mengurangi impor migas yang sedang dalam proses pembahasan di tingkat teknis.
Sebelumnya, Bank Indonesia menyatakan defisit neraca transaksi berjalan membaik karena defisit neraca perdagangan migas turun di tengah surplus neraca perdagangan nonmigas yang stabil.
Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III-2019 tercatat sebesar 7,7 miliar dolar AS atau 2,7 persen dari PDB.
Realisasi ini lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai 8,2 miliar dolar AS atau 2,9 persen dari PDB.
Perbaikan kinerja neraca transaksi berjalan terutama ditopang oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan barang, terutama akibat turunnya defisit neraca perdagangan migas.
Membaiknya defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi oleh impor migas yang menurun sejalan dengan dampak positif kebijakan pengendalian impor, misalnya program B20.
Sementara itu, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat stabil di tengah perekonomian dunia yang melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun.
Defisit neraca transaksi berjalan yang membaik juga didukung oleh penurunan defisit neraca pendapatan primer akibat lebih rendahnya repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri.