Singaraja (ANTARA) - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menilai "Pemuteran Bay Festival" (PBF) ke-5 Tahun 2019 di Tanjung Budaya, Pantai Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali, dapat menjadi model pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, karena tema "Taksu Guru Baruna" yang diusung bermakna melestarikan alam bawah laut.
"Hal ini sebagai contoh dari bentuk empiris dalam melestarikan alam bawah laut beserta seluruh isi di dalamnya," kata Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerja Sama Pariwisata Kemenpar Prof. Dr. I Gde Pitana. MSc saat membuka PBF 2019 di Tanjung Budaya Desa Pemuteran Gerokgak, Kamis malam.
Didampingi Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, ia mengatakan PBF 2019 mengandung makna sangat dalam, khususnya bagi masyarakat Bali karena mengusung tema "Taksu Giri Baruna" yang disimbolkan dengan kekuatan Gajah Mina dengan kandungan makna esensi kekuatan suci yang patut disembah, dihormati, dan dijaga.
Menurut dia, kekuatan Gajah Mina menegaskan kepada manusia agar senantiasa eling (ingat) dan bergerak bersama dalam kebersamaan untuk melaksanakan konservasi, perlindungan, serta revitalisasi terhadap berbagai kekayaan alam yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
"Kenyataan yang ditemui di Desa Pemuteran ini semakin menegaskan dalil dalam pariwisata bahwa semakin mampu melestarikan alam, melestarikan kebudayaan, maka semakin mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pula," katanya.
Hal ini pula yang menjadikan alasan kuat PBF masuk dalam kategori 100 festival terbaik di Indonesia dan tercatat dalam "Calender Of Event" pada tingkat nasional. Kekuatan dari Pemuteran adalah keseimbangan alam melalui konservasi terumbu karang.
"Saat ini pelaksana festival mampu mereprensentasikan kekuatan budaya laut adalah hal luar biasa, itulah keunikan dan kekuatannya, yang dalam istilah pemasaran 'marine tourism' disebut 'unique challenge point'," kata Prof Pitana.
Baca juga: 27-30 September, Buleleng adakan Festival Lovina ke-8
Sementara itu, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana saat diwawancarai mengatakan PBF merupakan salah satu event promosi potensi kepariwisataan Buleleng yang bertujuan guna meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
"Hal ini juga menambah lama tinggal (length of stay) dari mereka sehingga ketimpangan perkembangan pariwisata antara Bali Utara dan Bali Selatan dapat semakin diminimalkan," kata Bupati asal Desa Banyuatis itu.
Menurut dia, tema "Taksu Giri Baruna" yang diusung pada PBF 2019 mencerminkan konsistensi dari masyarakat Desa Pemuteran dalam menjaga ekosistem bawah laut, termasuk kehidupan terumbu karangnya.
"Dengan demikian, pelestarian potensi pariwisata, baik alam, budaya maupun adat istiadat, dapat terus berlanjut secara suistainable tourism, serta terus dapat mengeksplorasi keindahan-keindahan yang masih belum tergali dengan konsep 'Community Based Development'," katanya.
Ia menambahkan eksistensi Buleleng dalam mengembangkan wisata yang berbasis bahari (Marine Tourism) ini mendapat banyak apresiasi dan pengakuan dunia seperti PATA Gold Award, Equator Prize Award UNDP, UNWTO Gold Award dan ISTA Gold Award serta masih banyak penghargaan lainnya.
"Saya berharap kepada seluruh masyarakat untuk bersama-sama menjaga dan memelihara keseimbangan alam bawah laut Pemuteran, salah satunya melalui restorasi terumbu karang di bawah laut Pemuteran yang kini jumlahnya sudah mencapai seratus lebih," kata Bupati Suradnyana.
Baca juga: Koster: "Balingkang Festival" tingkatkan ekonomi Kintamani