Jakarta (ANTARA) - Pengamat Pariwisata Azril Ashari
mengkritisi pemerintahan periode 2019- 2024 yang menonjolkan konsep "Bali Baru" dan juga "bebas visa" karena hal itu tidak terlalu penting daripada aspek kearifan lokal dalam setiap destinasi wisata yang lebih utama.
"Harus dibenahi prinsip dasarnya jangan berfokus pada alamnya tapi keunikan dari budaya di destinasi wisata," kata Azril Ashari di Jakarta, Kamis.
Pria yang juga Ketua Umum Ikatan Cendekia Pariwisata Indonesia itu mengatakan pemerintah saat ini tidak memperhitungkan kebijakan pariwisata terutama terkait 10 destinasi baru yang disebut "Bali Baru".
Menurut Azril kebijakan membebaskan visa pada turis luar negeri bukan jaminan terhadap peningkatan kualitas kunjungan wisatawan mancanegara.
"Kebijakan itu hanya menarik kunjungan turis namun dari kalangan menengah ke bawah," kata Azril.
Ia juga mengatakan tidak setuju terhadap langkah pemerintah menyebut sepuluh destinasi wisata baru disebut dengan "Bali Baru".
"Harusnya bukan 'Bali Baru', destinasi- destinasi itu harus lebih bagus lagi dari Bali," ujar Azril.
Pria berkacamata itu mengatakan lebih baik pemerintah fokus menonjolkan daya tarik dari budaya di daerah destinasi wisata.
"Turis itu tertarik mencari hal unik yang tidak ada di negara asalnya, pengalaman itu yang mereka cari lewat budaya kita seperti tarian dan makanan yang penuh makna filosofisnya," kata Azril.
Pengamat pariwisata kritisi "Bali Baru" dan "bebas visa"
Kamis, 27 Juni 2019 19:46 WIB