Jeddah (ANTARA) - Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan pada Minggu, serangan-serangan baru-baru ini terhadap aset-aset Saudi telah mengancam pasokan minyak tetapi tidak memengaruhi ekspor negaranya.
Ia juga menyerukan para mitra Saudi mengutuk serangan-serangan tersebut.
Empat kapal komersial diserang di lepas pantai Uni Emirat Arab Sabtu lalu, dan dua hari kemudian pesawat-pesawat nirawak (drone) menyerang instalasi-instalasi minyak di sebelah barat Ibu Kota Riyadh, Saudi.
Falih berbicara di Jeddah, Arab Saudi, menjelang pertemuan panel menteri negara -negara produsen minyak OPEC dan non-OPEC, termasuk Arab Saudi dan Rusia.
Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi pada Kamis menuduh Iran memerintahkan serangan atas instalasi-instalasi pompa minyak Saudi yang telah diakui oleh milisi Houthi, sekutu Iran, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan itu.
Serangan tersebut "membuktikan bahwa milisi-milisi ini hanya alat yang digunakan rezim Iran untuk melaksanakan agenda perluasannya," cuit Pangeran Khalid bin Salman, putera Raja Salman.
"Aksi -aksi teroris, yang diperintah rezim di Teheran, dilaksanakan oleh Houthi, memperketat jeratan di sekitar upaya politik yang sedang berlangsung."
Kelompok Houthi, yang sudah bertempur melawan koalisi militer pimpinan Saudi selama empat tahun di Yaman, mengatakan mereka melancarkan serangan-serangan dengan menggunakan pesawat nirawak pada Selasa terhadap jaringan pipa Timur-Barat, yang menyebabkan kebakaran tetapi Riyadh mengatakan kebakaran tersebut tidak mengganggu keluaran atau ekspor.
Kepala Komite Revolusi Tertinggi Houthi membantah bahwa Iran mengarahkan serangan tersebut dan mengatakan gerakan tersebut membuat sendiri pesawat-pesawat nirawak. Teheran juga membantah menyediakan senjata kepada Houthi.
"Kami bukan agen siapa pun," kata Mohammad Ali al-Houthi kepada Reuters. "Kami membuat keputusan mandiri dan tak mendapat perintah untuk melancarkan serangan drone atau yang lain."
Para pejabat Saudi lainnya membuat pernyataan serupa di Twitter, meningkatkan tekanan pada musuh bebuyutan regional kerajaan itu di tengah-tengah peningkatan ketegangan antara Washington dan Teheran terkait sanksi-sanksi dan kehadiran militer Amerika Serikat di Teluk.
"Houthi merupakan bagian integral pasukan Garda Revolusi Iran dan mengikuti perintah-perintah mereka, sebagaimana terbukti dengan menyasar instalasi-instalasi di kerajaan itu," cuit Menteri Negara Urusan Luar Negeri Adel al-Jubeir.
Sumber: Reuters